“Tertipu” Pesona Pink Beach Lombok: Not Really Pink But Still Loved

Share

Pantai Pink Lombok, hingga saat ini masih menjadi pantai paling misterius, ngeselin, ngangenin sekaligus bikin penasaran yang pernah saya kunjungi. Bikin saya merasa “tertipu” sekaligus masih penasaran pengin kembali lagi.

Kok bisa? Ceritanya agak panjang, sabar ya. Saya akan tuliskan pelan-pelan untuk teman-teman sehingga bisa menjadi referensi perjalanan yang berguna. Terutama untuk teman-teman yang berniat mengunjungi Pink Beach Lombok ini.

Terpikat Pesona Pink Beach di Belantara Internet

Kira-kira begitulah judulnya. Maka, akhir Juni lalu, di akhir perjalanan terkait pekerjaan, kami memutuskan untuk mengunjungi pantai pink ini. Saya pergi bersama rombongan, jadi segala sesuatu sudah diatur dan bukan berada dalam domain saya untuk melakukan planning.

So, tolong jangan bully saya ya, “Mbak Wid kan sudah sering berperjalanan kok bisa-bisanya keblasuk?” jadi dalam catatan perjalanan kali ini kita mengeksplor saja Pink Beach Lombok dengan segala misterinya. Haha…

Perjalanan ke Pink Beach

Begitu menjejak Lombok, dalam perjalanan dari Bandar udara menuju hotel, kami bertanya kepada driver. Jika menuju Pink Beach, kira-kira berapa jauh? Yahelah, ada google map kok masih nanya “manual” begini? Sebenarnya step ini tidak salah, justru bagus untuk menambah informasi tentang objek yang akan kita kunjungi.

Kesalahan kami adalah… jreng…jreng. Kami bertanya lokasi Pink Beach saat masih di sekitar bandara menuju Kota Mataram. Driver menjawab, “tidak jauh kok, sekitaran satu jam saja”. Oke catat.

Kami pun bersorak. Horeeee. Dekat ternyata. Maka direncanakanlah, keesokan hari dari acara dinas yang harus kami hadiri tgl 24 Juni, kami akan menuju Pink Beach. Satu hal yang kami lupa bahwa, hotel kami terletak di kawasan Senggigi, Lombok Barat. And you know, Pink Beach itu ada di Lombok Timur alias Lotim. Ujung, ketemu ujung gaes!

Tiba saat yang direncanakan, sekitar pukul 8 kami bersiap menuju Pink Beach, start perjalanan dari hotel kami di Senggigi. Dalam perjalanan kami hanya berhenti dua kali, yakni di sebuat mini market untuk membeli perbekalan, dan berhenti sekali lagi di SPBU untuk mengisi bahan bakar.

Awal perjalanan kami bertanya kepada bapak pengemudi, kira-kira berapa lama menuju Pink Beach? Si Bapak menjawab dua jam-an saja. Oh, okelah pikir saya. Bukan waktu yang terlalu panjang untuk nantinya dibayar dengan menikmati bentang alam luar biasa yang konon ada di sana.

Saya yang terbiasa mengecek dengan maps, terheran-heran sebenarnya. Karena menurut map perjalanan nyaris 3 jam menuju pink beach dari senggigi yang terletak di Lombok barat. Bahkan beberapa kali mengecek, waktu tempuhnya berubah-ubah, kadang bergerak di angka 3 jam lebih 15 hingga 20 menit. Hati saya mulai mengisyaratkan, ada yang kurang beres nih!

Tapi setiap pikiran itu datang, saya selalu reframing, sudahlah nikmati saja pemandangan yang ada sepanjang jalan. Kapan lagi bersantai, tanpa memikirkan pekerjaan dan menempuh perjalanan di Lombok.

Kabar baiknya adalah, infrastruktur sepanjang lombok barat, lombok tengah hingga Lombok Timur ini baik teman-teman. Jalan-jalan yang cukup lebar, mulus sangat nyaman dilewati. Apalagi lalu lintas juga terhitung sepi. Hanya sedikit saja bagian yang jalannya agak bergelombang dan sedikit berbatu, yakni bagian yang mendekati pantai.

Lebih dari dua jam perjalanan menuju Pink Beach dari Senggigi, dan belum ada tanda-tanda wujud pantai, kami mulai makin sering bertanya pada driver, masih jauh kah? Beberapa kali driver menjawab, sudah dekat. Tapi mana?

Map di android saya sudah menunjukkan tak jauh lai dari pantai. Driver menawarkan apakah kami mau menempuh perjalanan laut saja? Jadi berhenti, menepi, kemudian naik boat katanya.

Karena dalam kepala kami, boat maksudnya adalah speedboat, maka kami menolak. Bukan apa-apa nih, beberapa dari kami belum siap mental jika harus terombang-ambing diayun ombak di atas speedboat.
Maka perjalananpun dilanjutkan. Syukurlah, sekitar 30 menit kemudian mobil sewaan kami berbelok ke jalan menurun, menuju pantai. Kami boleh bernapas lega. Akhirnya sampai juga.

Sebelum masuk ke lokasi, kami diharuskan membayar retribusi. Kalau saya tak salah ingat, 10 ribu perak seorang. Saya tidak tahu apakah ini resmi atau tidak, karena saya tidak melihat wujud tiket masuknya.

Tidak Se-Pink Seperti dalam Bayangan

pink beach lombok

Mana, pinknya manaaa? Mata kami liar me sana ke mari berusaha menemukan di manakah bagian pantai yang pink? Di depan kami terhampar pantai dengan pasir putih menuju salem pudar banget. Tak ada pink-pinknya sama sekali. jauh berbeda dengan foto-foto Pink Beach yang tersebar di dunia maya.

Menurut banyak sumber, pink berasal dari percampuran pasir putih dengan pecahan karang berwarna kemerahan. Maka saya menelisik pasirnya lebih detail. Ya, memang. Di antara butiran pasir berwarna putih menuju beige muda atau cream (entahlah) tersisip sejumlah butiran berwarna kemerahan. Mungkin tepatnya warna coral ya. Percampuran merah dan kecoklatan, begitu kira-kira.

Secara umum, pantainya bersih dan indah. Pasir yang terlihat putih bersih siang itu serta air laut biru gradasi tosca, menjadi daya tarik tersendiri. Pada saat kami datang, pantai relative sepi, cukup nyaman untuk menikmati pantai berlama-lama. Tidak ada gangguan pedagang yang mengejar-ngejar wisatawan seperti jika kita mengunjungi pantai yang populer dan ramai. Air lautnya pun relatif bersih dari sampah.

pink beach

Celingak-celinguk di sepanjang pantai, kami tidak menemukan tempat makan yang cukup memadai. Karena kami tidak ingin memilih aktivitas berenang, snorkelling dan semacamnya, maka pilihan kami jatuh pada naik perahu dan menuju rumah makan terapung yang kata driver paling-paling membutuhkan waktu tempuh 40 menit saja. Oke, berangkattt!!

Lesehan Sadewa, Sensasi Bersantap Seafood di Tengah Lautan

Perahu yang kami sewa, menuju Lesehan Sadewa, tempat makan ngehits di tengah laut Lombok yang menjadi tujuan kami, tak persis 40 menit. Ya nyaris satu jam begitulah.

Tiba di Lesehan Sadewa, karena sudah masuk waktu zuhur maka kami putuskan untuk salat dahulu seusai order makanan. Amboi, perut lapar ini rasanya tak sabar menanti, lama nian pesanan kami siap. Ternyata, sebelum kami sudah ada banyak pengunjung yang pesan melalui WA, sehingga begitu mereka tiba, tak menunggu lama, selesai pesanan mereka.

Syukurlah minuman dikeluarkan di awal. Menyeruput kopi di tengah lautan begini, aduhai nikmatnya. Walau di lidah saya kopinya ternyata amat manis. Tak apalah. Kesempatan langka minum kopi di tengah laut Lombok.

Setelah menunggu nyaris satu jam, datanglah pesanan kami. Tak menunggu lama atau berbasa-basi, langsung saja kami sikat.kami memesan ikan bakar, ikan kuah kuning, cumi dan udang goreng tepung.
Di lidah saya, cumi dan ikan kuah kuningnya cukup istimewa. Selebihnya biasa saja. Plecing kangkungnya juga tergolong biasa saja. Yang menjadikannya istimewa adalah, perut kami yang kelaparan parah dan sensasi makan di tengah lautan yang tidak biasa.

lesehan sadewa lombok timur
Sensasi menikmati kopi di tengah lautan

Kelebihan lain dari tempat makan ini adalah ikannya yang segar dan harganya cukup ramah di kantung. Padahal saya di awal udah menebak, jangan-jangan mahal nih. Secara mengoperasikan tempat makan di tengah lautan pasti beda tantangannya dengan tempat makan yang ada di daratan.

Gili Pasir, Secuplik Daratan yang Muncul Hanya Sesaat

Kelar makan, tak menunggu lama, kami kembali ke Pink Beach. Perjalanan pulang terasa lebih menantang, dengan jalur yang agak memutar dan ombak lebih tinggi dari saat datang. Sesuai janji Pak pemilik perahu, kami mampir di Gili pasir.

Gili pasir adalah secuplik daratan berpasir putih di tengah laut Lombok tak jauh dari Pink Beach yang muncul hanya sesaat saja. Wisatawan yang singgah di sini tak melewatkan berfoto dengan background lautan dan pasir putih yang cukup unik.

Pemilik perahu menyarankan kami berfoto dengan bintang laut. Teman-teman saya melakukannya. Unik juga sih, dengan teknik pengambilan gambar ada berbagai pose lucu yang bisa diciptakan. Saya tak mengambil kesempatan ini. Why? Ini bagi saya semacam etika kepada binatang yang sedang saya usahakan untuk dipraktikkan. Saya nggak tahu apakah si bintang laut suka atau tidak saya ajak berfoto.

Aktivitas yang Bisa dilakukan di Pink Beach

Banyak aktivitas yang bisa kita lakukan di Pink Beach. Bukan sekadar membuat foto, selfie atau wefie dan berburu video bagus. Di sini kita bisa bermain pasir dan air di pantai. Airnya cukup bersih dengan warna biru yang cantik.

Secekrek Dua Cekrek, Walau Tak Terlalu Suka Berfoto, Ambillah Foto di Sini

Untuk yang suka berenang dan snorkelling, di sini juga menarik tempatnya. Lautnya masih bersih, dan konon terumbu karangnya masih terpelihara.

Atau untuk yang suka kulineran aja, opsi seperti yang kami lakukan bisa dipilih ya. Teman-teman bisa menikmati hidangan laut yang segar dengan harga terjangkau dan sensasi tidak biasa di Lesehan Sadewa. Saya tidak tahu apakah ada fasilitas lain yang serupa, namun info di internet, memang Lesehan Sadewa inilah yang sangat femes.

naik perahu di pink beach lombok timur

Informasi yang Simpang Siur dan Pelaku Dunia Wisata yang Kurang Komunikatif

Pengalaman ini membuat saya geleng-geleng kepala, betapa sulit menemukan informasi wisata yang cukup proporsional. Ketika saya browsing dengan kata kunci “Pink Beach Lombok”, banyak site yang muncul di laman awal, sama sekali tidak menyinggung bahwa ternyata warna pink pantainya hanya bisa nyata terlihat di waktu-waktu tertentu. Beberapa sumber saja yang menyebutkan bahwa waktu terbaik menjumpai warna pink di pantai ini adalah pagi atau sore.

Info tentang lokasi juga tidak jelas. Ketika saya sampai di sini dan ngobrol dengan driver barulah tahu bahwa ada pantai Pink 1, Pink 2 dan Pink 3. Bapak driver mengatakan bahwa yang kami datangi adalah pink 1, dan warna pantai lebih pink bisa dijumpai di pink 2. Di sini saya sebenarnya agak jengkel, padahal dari awal kami mengatakan bahwa kami ingin lihat pantai yang pink, driver memberikan info bahwa ya, pantainya memang pink. Hadeuhhh…

Informasi lain di internet bahwa spot terbaik untuk menemui warna pink yang nyata adalah pink 3. Mana yang benar? Wallahua’lam. Mungkin di lain waktu saya harus mengunjungi ketiganya pada waktu terbaik yang disarankan.

Hal Penting Sebelum Mengunjungi Pink

Dengan segala drama yang saya alami, apakah Pink Beach lantas tidak layak dipilih dalam daftar kunjungan teman-teman di Lombok? Oh tidak. Pink Beach, yang walau not really pink, but still loved.

Agar tidak seperti yang saya alami, mungkin ada beberapa hal yang perlu teman-teman pertimbangkan sebelum menuju kemari.

  • Tempat menginap atau titip awal perjalanan. Jika teman-teman menginap di sekitar kota mataram, atau di dekat bandara, atau bahkan di beberapa hotel di Lombok Timur, mungkin akan cukup dekat dan tidak makan waktu jika akan mengunjungi Pink Beach. Namun, jika teman-teman menginap di Lombok barat, seperti saya dan tim yang berada di Senggigi, mungkin perlu dipertimbangkan kembali.
  • Apakah teman-teman punya banyak waktu di Lombok? Jika hanya sehari dua hari, dan teman-teman menginap di tempat yang cukup jauh dari Pink beach, mendingan dipertimbangkan lagi deh. Seperti saya kemarin, hanya bisa mengunjungi Pink Beach aja seharian. Ketika sampai di hotel, hari sudah gelap, saying banget waktu yang tidak banyak itu. Lebih-lebih jika ini adalah kunjungan pertama teman-teman ke Lombok.
  • Pastikan teman-teman datang di waktu terbaik dimana bisa dilihat warna pink yang sesungguhnya.

Overall, sebenarnya tidak ada yang perlu disesali sudah menghabiskan waktu seharian di Pink Beach. Saya anggap saja, besok Bumi Lombok akan mengundang saya datang lagi dan lagi untuk menggenapi niat mengunjungi seluruh destinasi wisata menariknya. Namun di lain sisi, ini seyogianya bisa menjadi informasi berharga juga bagi pelaku wisata di sana. Bahwa informasi wisata yang proper, amat dibutuhkan oleh wisatawan dan oleh dunia wisata pada umumnya.

Nah, bagaimana? Ada yang punya pengalaman ke Pantai Pink juga? Cerita dong. Siapa tahu teman-teman termasuk yang beruntung bisa menangkap keindahan warna pink-nya.

Share

26 thoughts on ““Tertipu” Pesona Pink Beach Lombok: Not Really Pink But Still Loved

  1. AKu justru penasaran banget sama Gili Pasir 🙂 Munculnya cuma sesaat. Jadi kudu gercep ambil momen dengan pepotoan yang gesit dan pose melejit dong ya hehehe. Soal Pantai Pink, iya ya terkenal di internet, banyak yang ingin melihat langsung di Lombok. Ternyata ga se-pink itu, mungkin lebih ke kiasan agak beige gitu warnanya.

  2. Yeahh begitulah mbaaa
    Aku juga sering cegek / kecewa klo lihat destinasi wisata yg ga sesuai dgn Gembar/gembor dan branding nya.

    Beklaaahh semogaaaa wisata Indonesia bs lebih cihuyyy

    1. Haha jadi kuciwa ya mbak
      Tapi tetap bisa untuk dinikmati ya mbak
      Aku sudah lama nggak main ke pantai
      Baca tulisan ini , makin pengen mantai deh

  3. ya ampun mba, untuk aku yang sama sekali belum pernah ke Lombok melihat tulisanmu jadi makin kepengen ke sana buat liburan dengan keluarga atau mungkin honeymoon yang tertunda hehehe

  4. Mbak, ikut kesel sama Pak Driver deh… Sebenarnya beneran tau pink-nya kayak gimana atau engga.. Huhu..

    Tapi alhamdulillah, pantainya cantik juga ya, Mbak.. Sepi, tenang, belum banyak polesan. Saya kalau ke Gunung Kidul juga sukanya cari yang sepi dan tenang seperti ini.

    Semoga bisa ke Lombok lagi ya, biar bisa mmbuktikan pink beach yang sebenarnya tuh kayak gimana. 🙂

  5. Waah Alhamdulillah untungg banget kemarin ke Lombok kami manut sama driver.
    Berkali kali driver bilang kurang recomended buu, ibu dapat warna pink bagus ketika cahaya matahari bersinar cetar bagus pake drone dr atas.
    Alhasil rute yg harusnya ke pink beach berubah haluan ke beberapa destinasi cakep mulai surfing sampai masuk goa.

  6. Hiks iya lho banyak yg kalo ke pantai liat bintang laut trs asal samber aja di foto bergilir dari tangan kr tangan mereka lupa apa ya si bintang laut ga bisa bermafas lho di luar. Kalo idah puas foto tra dilempat gitu aja mati apa ga pun ga peduli. Sip lah mbak wid menereapkan etika berfoto sama satwa. Harus banyam ditiru sama yg lain

  7. Penampakan warna pink memang dipicu oleh beberapa faktor, dan ada pada waktu-waktu tertentu. Sebetulnya pink beack Lombok ini memang tidak sekentara pink beach di NTT. Aku pernah ke sini juga mbak, pernah juga pink beach yang di NTT itu. Menurutku, kalau yang di NTT itu lebih mudah liatnya, baik saat terang benderang, maupun cuaca redup. Mungkin karena foramnya lebih banyak?

    1. Iya Mbak Rin, bisa jadi ya, dari komposisi penyusun pasirnya. Mungkin juga seharusnya kami menunggu sampai sore, mana tahu saat senja jadi lebih dapet pinknya. Tapi saat itu emang waktunya sedang gak memungkinkan sih.

  8. Saya pernah ke Pink Beach tapi yang di Labyan Bajo ..beneran pink sih enggak zonk seperti di Lombok Timur ini. Sepi..alami karena masuk Taman Nasional Komodo jadi terjaga keasliannya.
    Semoga pengelola Pink Beach di Lombok Timur bisa memperbaiki pelayanan terkait informasi dan lainnya

  9. masya Allah tapi pasirnya emang agak berbeda ya warnanya, kalau di Lampung ada yang pamtainya banyak berbatuan, ada yang langsung napak pasir halus jadi emang mesti cari review dulu deh sebelum ke lokasi wisata.

  10. Masya Allah mbak Wid udah ke Lombok ya, wish lish aku nih semoga bisa segera menyusul mbak Wid kesana.
    Di perjalanan menuju ke Pink Beach udah khawatir ya mbak apalagi ternyata salah perkiraan waktu tempuh. Alhamdulillah walaupaun agak lama perjalannya tapi lancar & selamat ya.
    Seru juga mau makan harus naik perahu dulu nih, sambil menikmati hidangan menatap laut

  11. Tapi kalo dilihat dari foto memang sedikit pink corak sih mba belakangnya itu, yang penting seru ya dan tulisannya informatif banget jadi kebuka pikiran bahwa pantai pink itu ada 3.. sip sip sip

  12. Ya ampun..saya yang baca doang kok ikut berasa jauhnya. Pantas aja nih suami saya tiap saya minta ke Pantai Pink dan sekitarnya, pasti ogah. Diajakinnya ya ke kawasan selatan macam Pantai Mawun, Selong Belanak, dan sekitarnya. Karena ya itu.. jauh. Kebayang mungkin bakal capek, dan gak banyak aktivitas yang dilakukan di sana.

    Yuk yuk, next time ke sini lagi.. kita ngepantai bareng hahahaha

  13. Wah ternyata pink beach ada 3! Baru tau >.<
    Berarti harusnya dikunjungi satu persatu ya mba buat cek mana yg paling pink. Hahaha..

    Tp ya bagus bgt sih pantainya, itu sepi bgt yaa. Apakah krn ga libur atau emang gitu yaa

  14. Aku tahu tentang ketidaksesuaian foto di sosial media dengan aslinya. Lupa siapa gitu ya yang nayangin, tapi di channel YouTube sih, Mbak.
    Jadi waktu ke Lombok aku gak masukkan ke list kunjungan. Justru aku pengen loh ke Gili Pasir, penasaran ketika berada di sana gimana rasanya

  15. Horeeee akhirnya ke pink beach yang gak pink2 amat ya mbak 😀
    Namun kemungkinan keliru tempat apa msh ada ya? Hmmm, apa mungkin pak driver-nya yg sbrnya gk tau? Hallah yaweslah.
    Tapi yang penting gak mengecewakan pantainya dan bisa ramai2 bikin kenangan seru di sana ma teman2. Pantainya juga cukup resik dan bisa makan ikan seger dan enak kan ya 😀

  16. Saya juga nyangkanya pink beach ini pink banget gitu pasirnya, ternyata engga ya. Tetep suka sih ama view sekelilingnya. Cakep. Ada yang di Labuan Bajo juga apakah beneran pink juga pantainya atau sama kaya di Lombok ya?

  17. Awalnya aku sempat mengira pink beach itu cuma buatan influencer yang pergi ke salah satu pantai di Lombok dan fotonya diedit jadi seakan-akan pinggirannya pasir pink. Pas cari tau lebih lanjut, ternyata emang ada “pink”-nya walaupun nggak se-obvious itu. Tetep wajib dimasukin wishlist kunjungan berikutnya kalo lagi liburan di Lombok sih Mak :))

  18. Waktu kmrn ke Lombok kayaknya akutu gak keburu deh ke pink beach.

    Tapi meski gak sepink yang dibayangin, perpaduan warna langit dan warna pantainya cantik bangeet

Leave a Reply to Cindy Vania Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!