Give away aku dan ASUS kamera ponsel

Aku dan Kamera Ponsel : Karena Makanan Sehat Harus (Terlihat) Enak!

Share

Saya sangat setuju dan sangat mendukung  statement, bahwa pola makan sangat penting untuk sehat. Dan alhamdulillah sudah bisa menjalani selama 5 tahunan terakhir. Namun, makan sehat saja, belumlah cukup. Saya sangat setuju dengan kata-kata Dokter Hwang Sung Jo dalam buku Miracle Of Rawfood, bahwa makanan selain sehat  juga harus enak. Makan enak membangkitkan rasa nikmat dan bahagia yang juga sangat penting dalam proses menjadi sehat, begitu kurang lebih penjelasannya.


Nah, bicara soal enak dan tidak enak, ini tentu sangat relatif. Banyak hal yang akan membentuk persepsi kita apakah suatu hidangan itu enak atau tidak. Hal terpenting memang mindset. Jika memang sudah benar-benar yakin bahwa buah, dan sayur segar adalah makanan yang sangat penting untuk bisa sehat, maka tentu akan terasa enak. Setiap hari sarapan buah, tentu juga tidak bosan. Melihat sepiring salad tentu juga jauh lebih menggiurkan daripada seporsi steak, atau donat berlelehan coklat.


Tapi… eh tapi…. , berapa orang sih yang sudah benar-benar sampai pada persepsi sayur=enak! Atau buah=enak, sayur mentah=enak? Hayooo…. ngakuuu…. saya sendiri menyadari, di awal-awal juga butuh effort lo untuk bisa menyukai sayuran mentah. Dan itu sangat tidak mudah bagi saya yang dari kecil tahunya raw veggies itu ya Cuma ketimun. Ha..ha…Maka dari itu, ketika saya memutuskan untuk aktif dalam kampanye pola makan sehat khususnya food combining terutama melalui blog dan semua sosmed yang saya miliki, satu hal yang saya yakini adalah: makanan sehat harus kelihatan enak! Makanan sehat harus terasa enak! Baca juga: Menu food combining.


Keyakinan inilah yang kemudian “membongkar” kembali hal yang sudah mulai saya tinggalkan. Memasak misalnya. Tadinya saya memang hobi memasak, lalu berubah. Memasak kemudian hanya menjadi rutinitas saja, sekadar memenuhi kebutuhan makan sekeluarga dengan harga terjangkau dan lebih aman. Nah… ini kemudian harus berubah lagi, saya merasa harus kembali menyenangi aktifitas ini lagi. Jadilah saya kembali rajin browsing resep dan membeli buku resep, dan tentu mencoba-coba sajian baru.


Urusan kemudian tidak sampai di situ. Makanan yang terasa enak, belum tentu bisa TERLIHAT ENAK saat difoto. Maka sedikit-sedikit saya merasa harus belajar food photography. Dari mana? Internet tentu. Tidak ada waktu dan tenaga untuk bisa mengambil kursus secara offline. Apalagi lokasi saya nun jauh di sini… ndesooooo.


Yang kemudian menjadi masalah adalah kamera. Waktu itu, yang memungkinkan adalah kamera digital jadul yang saya punya. Hasilnya masih… ya…. begitulah. Mau photo pakai smartphone juga ga mendukung. Nyoba pakai tab, ternyata hasilnya juga tak begitu bagus. Seperti ini misalnya, gak jelas fokusnya. Foto galau! ha..ha


Beruntung sekali kemudian, sekitar setahunan lalu, suami membelikan saya ASUS Zenfone yang saya pakai hingga sekarang.

Memang sih ada yang bilang, henpon ya buat telepon bukan buat motret. He..he.. kalau menurut saya, kalau smartphone memang bisa memberi lebih dari sekadar fungsi telekomunikasi, ya why not? Apalagi saat ini ya, kamera smartphone udah kece-kece abis. Dengan bajet 1 jutaan saja, sekarang udah bisa dapat smartphone yang kameranya lumayan.

Kelebihan lain dari menggunakan kamera smartphone, kalau buat saya dari sisi kepraktisannya. Capture, edit dikit, kasih watermark, Upload, beres! Kalau untuk saya yang waktunya terbatas banget, ini sangat membantu. Saya enggak perlu transfer data segala, hanya dengan satu perangkat, ya motret ya upload.

Untuk urusan utak-atik editing juga kan sekarang kita sangat dipermudah dengan berbagai aplikasi. Kalau saya sekarang pakainya sih aplikasi picsart. Jadi kalau hanya sekadar buat atur brightness, contrast, dll dan sekalian nambah watermark ya cukuplah.

Teman-teman bisa lihat hasil fotonya di instagram saya @widyanti_yuliandari dan foto-foto blog ini.
Cukup memuaskan. Kalaupun di sana-sini terasa masih banyak kekurangan, itu semata-mata bukan faktor kamera smartphonenya. Tetapi beberapa keterbatasan saya misalnya:
•    Sulit untuk selalu bisa memotret di jam saat cahaya matahari bagus-bagusnya. Iya euyy.. weekday saya ngantor. Sedangkan weekend, saya… engg… kalau enggak nginem ya ngelayap. Makanya kalau pas wiken saya sedang di rumah, biasanya saya manfaatkan buat motret makanan. Ke depan, sepertinya saya harus disiplin bikin jadwal, kapan saya bisa ngebolang, kapan saya harus di dapur dan motret. Bisa enggak ya?

Kamera ASUS dan menu food combining
Smartphone ASUS dan Food Combining

Dua gambar di atas adalah contoh ketika saya bisa memotret dengan waktu sedikit leluasa. Not bad, tapi memang belum bisa dibilang foto yang bagus kali ya? Saya mesti harus banyak…banyaaak lagi belajar.

Sedangkan dua foto ini, bisanya ambil pas sore pulang kantor. Terasa beda pencahayaannya ya? Hasilnya tak se cling dua foto sebelumnya.

Buka puasa dengan food combining

Sedangkan ini foto menu berbuka Ramadan kemarin. Terpaksa diambil hanya sesaat sebelum berbuka. Karena kalau saya kupas-kupas kesiangan dan motret siang, si buah jadi oksidasi. Sayang kan? *emakirit jadilah diambil dengan bantuan lampu. Dan saya masih gaptek banget soal ini. Jadinya, bayangannya terlihat begitu, bikin kurang sip aja. 

Minuman food combining untuk buka puasa


•    Komposisi yang bikin mati gaya. Iya bangett… saya harus ngaku. Hi…hi… siapa tahu ada yang nawarin kursus gratis. Wkwkwk. Belum ada waktu dan energi untuk ambil kursus kalau soal ini. Sementara saya suka banget melihat foto-foto di instagram, terutama punya para kompakers. Lumayan membantu.


•    Memotret terburu-buru. Iya, bagaimana enggak. La saya sering motretnya pas beberapa menit sebelum ke kantor. Waktunya yang ada hanya itu. Bahkan kadang saya share bontotan saya ke kantor yang seadanya. Lha bisanya Cuma itu.

Sarapan berantakan beginipun akhirnya di capture, demi berbagi semangat sehat
Sarapan berantakan beginipun akhirnya di capture, demi berbagi semangat sehat


•    Properti foto masih kurang lengkap. Saya Cuma punya 1 alas foto yang saya bikin sendiri, ditambah beberapa napkin yang sebagian hanya dibuat dari kain katun yang dineci sendiri juga. Sebagian napkin dibeli di kota sebelah, tapi memang tidak ada yang spesial. Sejumlah peralatan makan piring-gelas sederhana, dan beberapa bunga artifisial. Udin… itu aja. Jadi kalau nengok instagram saya trus rada-rada ngebosenin, he…he… harap maklum yee… Baca juga: Cara mengulas produk teknologi ASUS untuk blog comptetition.


Tapi ke depan, setiap ada rezeki saya selalu sisihkan buat beli-beli tambahan printilan kok. Ha..ha.. tenang ajaaa
Kembali ke soal kamera smartphone. Banyak teman yang pernah menulis, bagaimana menggunakan kamera smartphone untuk hasil terbaik. Tapi boleh ya saya share versi saya?
1.    Cahaya alami
Cahaya alami itu, kalau bagi saya belum bisa terganti. Kalaupun beberapa kali coba pakai cahaya lampu, rasanya tetap beda. Yang menggunakan cahaya alami pada jam 9-10 pagi dengan angle pas dan saat hari cerah, fotonya terlihat sangat nyata,  jernih dan menurut saya memang memunculkan selera makan bagi yang melihatnya. Contohnya ya beberapa foto di atas.

Sedangkan foto yang dengan terpaksa bisa saya ambil di sore menjelang gelap, dengan bantuan lampu, kadang ditambah lampu baca, hasilnya tak sebaik foto dengan cahaya alami. Terlihat kurang jernih, kurang jelas dan kurang menggugah selera.

Minuman sehat untuk food combining

Tapi, karena saya tak punya banyak pilihan, foto model rada burem ini akhirnya di pasang saja. Karena, bagaimanapun fokusnya adalah share atau kampanye pola makan sehat. Jadi bukan semata-mata soal keindahan foto.


2.    Diambil dari jarak dekat
Sepertinya ini tidak bisa ditawar kalau kita menggunakan kamera ponsel. Jadi foto diambil sedekat mungkin dengan objek

3.    Tidak menggunakan flash

Iyalah.. sudah banyak yang tahu, pakai flash hasil foto jadi semacam kurang nyata. Kurang nampak alami begitu. Dan kalau yang difoto makanan, efek bikin ngilernya jadi minim deh. Ha..ha…

4.    Dipegang dengan mantap, jangan sampai goyang.
Kalau pas udah cape kadang susah juga tangan ini buat gak gemeter. Apalagi saya kerja sendirian. Ya masak, ya bersih-bersih ya motret. Makanya kemudian minta suami beliin tripod. He..he… lumayan bisa teratasi.

Buku food combining dan kamera ASUS

Yah… seperti itulah cerita saya dan kamera HP. Tentu, ke depan, jika ada rezeki bagus tak ada ruginya membeli yang baru dengan kemampuan lebih kece. Atau, siapa tahu ada rezeki menang lomba blog, biar bisa dapat smartphone yang lebih kece dari yang saya punya sekarang. Doain ya teman-teman. Biar hobi saya bikin ngiler se jagad instagram dengan foto makanan sehat bisa makin menjadi-jadi. Ha..ha..

Salam!

‘Giveaway Aku dan Kamera Ponsel by uniekkaswarganti.com‘ 

Share

11 thoughts on “Aku dan Kamera Ponsel : Karena Makanan Sehat Harus (Terlihat) Enak!

  1. Memang kalau lihat foto-fotonya mba bikiin ngiler untuk ga lagi hamil bisa rempong kalau pengen hahaa…

    Sukses GA-nya mba

    mau ikutan tapi belum nyangkut idenya :p

  2. Setuju mbaaa, saya malah sempet nyobain sebulan ngejus Bayem dan campuran buah/sayur mentah lainnya gara2 liat foto di instagram ??? Jadi kudu banget yang namanya foto minuman sehat biar yang lain tergiur ikutan 

  3. Hoh… jadi itu yg di IGnya smean hasil jepretan pake kamera ponsel ASUS Zenfone ya mbak, apalagi yang makanan2 dan food combining itu dah hhe…

    Hasil kamera ponsenya berasa nyata dan hidup mbak, seakan2 ikut pngen nyobain makanannya, hehehe…

    Sukses ya mbak ^_^

Leave a Reply to Herva Yulyanti Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!