Setelah menulis buku Food Combining saya yang pertama dan sering menulis tema yang sama di blog ini, saya jadi sering jadi tempat curhat teman-teman yang merasa mengalami kegemukan ataupun obesitas. Wait… gemuk dan obes, bedakah? Beda dooong. Setidaknya, begitulah menurut beberapa sumber yang saya baca.
Daftar Isi
Perbedaan Kegemukan dan Obesitas
Sepintas emang sama ya, pengertian antara kegemukan dan obesitas. Nyatanya menurut beberapa sumber yang saya baca, keduanya memiliki perbedaan.
Obesitas adalah kondisi kronis akibat penumpukan lemak dalam tubuh yang sangat tinggi. Gemuk, berada selevel di bawah obesitas. Jika pada obesitas massa lemak tubuh jauh lebih tinggi dari yang seharusnya, kegemukan adalah kondisi Body Mass Index melabih angka normalnya.
Indeks massa tubuh alias body mass index (BMI) bisa dihitung dengan mudah menggunakan kalkulator BMI Online. Orang dewasa bisa disebut obesitas saat BMInya melebihi 30. Teman-teman bisa dikatakan ideal jika memiliki BMI 19-24,9. Bisa dikatagorikan gemuk saat BMI berada di antara 24,9-29,9.
Bahaya Kegemukan dan Obesitas, Waspada itu Penting!
Bukan tanpa alasan jika saya berkali-kali membuat tulisan yang menyangkut obesitas dan kegemukan. Banyak sekali anggapan, biar gemuk asal pe de. Biar gemuk asal sehat. Sampai kata-kata paling sakti: BIG IS BEAUTIFUL.
Dalam tulisan-tulisan saya tentang obesitas yang lalu-lalu, saya tidak akan membahas itu. Cantik-ya cantik aja, mau gemuk mau langsing, mau kurus, ya bisa aja cantik. Apalagi cantik kan subyektif banget ukurannya, ya. Begitu juga dengan bahagia. Orang gemuk bisa bahagia, bisa juga tidak bahagia. Orang langsing pun tak lantas pasti bahagia kok. Iya kan? Jadi mari pisahkan dulu urusan hepi unhappy dengan gemuk atau langsing. Oke? Walau dalam kelas melangsing saya menemui beberapa kasus kegemukan bahkan obesitas yang pada saat sama juga diduga mengalami problem terkait mental health. Saya sebut diduga saja ya, karena saya tidak tahu atau melihat langsung diagnosa ahli yang berkompeten menyatakannya.
Berkoar-koarnya saya tentang obesitas, kegemukan, mengenali penyebab kegemukan, atau bagaimana mengatasi kegemukan, bagaimana cara melangsing, sebenarnya lebih didasari alasan kesehatan. Mengapa? Saya sudah sering melihat pada orang-orang terdekat saya bahkan ibunda saya sendiri, bahwa kata-kata: Gak papa gemuk, asal sehat. Itu lebih hanya bersifat menghibur saja. Kata-kata apus-apus kalo kata orang Jawa, yang kebenarannya sebenarnya sangat patut diragukan. Sehingga apa yang terjadi? Masalah yang sebenernya justru terabaikan.
Ibu saya sendiri mengalami banyak sekali masalah kesehatan berhubungan dengan kegemukannya (Ibu mulai melambung BB nya mencapai 70 kg bahkan lebih sekitar 10 tahun terakhir ini). Masalah-masalah di sendi, tulang, varises endebrai … endebrai. Saudari-saudari ibu saya yang juga rata-rata pernah obesitas rata-rata juga mengalami masalah yang sama, masih ditambah lagi problem seperti diabetes.
Baca juga: Kegemukan, Radang Sendi dan Cara Mengatasinya
Selain itu, menurut beberapa sumber yang saya baca, kegemukan juga berhubungan dengan banyak masalah kesehatan lain seperti: darah tinggi, masalah menstruasi, kualitas tidur yang menurun, sakit pada punggung, masalah lambung, mengalami depresi, kulit akan rusak, nyeri pada lutut dan Pernapasan terganggu. Banyak juga ya? Baiklah, sampai di sini saya rasa sudah cukup menjadi alasan bahwa—“Hello, yuk sadar, kita memang butuh lo mengatasi kegemukan”.
Penyebab Kegemukan yang Terkadang Tidak Disadari
Oke, adakah yang mau berbagi, menurut teman-teman, apakah sebenarnya penyebab kegemukan? Banyak makan? Sering makan? Makan yang enak-enak berkalori tinggi? Kurang bergerak dan olah raga?
Mungkin sebab di atas tak salah, bisa jadi semuanya benar. Namun setelah baca-baca, ternyata ada juga penyebab yang justru mungkin tak terpikirkan sebelumnya. Apakah itu? Mari coba kita uraikan saja apa penyebab kegemukan.
Terlalu banyak makan atau terlalu sedikit makan kah yang menyebabkan kegemukan?
Saya tertampar dengan kata-kata dokter Tan Shot Yen dalam sebuah VT beberapa waktu lalu. Bahwa ketika orang sudah mulai ‘tidak makan’ atau sedikit makan, di situlah bibit-bibit obesitas mulai muncul. Artinya, makan makanan utama atau bernutrisi itu justru amat penting. Ketika dengan alasan diet seseorang mulai enggak menyentap apa yang justru dibutuhkan tubuh, maka sering kompensasinya justru dia beralih ke cemilan. Ya sih, ngemil tak selalu buruk. Tapi Anda paham lah ya, apa jenis camilan populer yang banyak dikonsumsi masyarakat? Kalau bukan kudapan manis, ya kripik-kripikan berminyak dan tinggi garam. Begitu kan rata-rata?
Sampai di sini, paham dong ya mengapa banyak orang suka berdalih, “ah saya makan sedikit kok”. Eh tapi saat yang sama dia juga mengalami kegemukan bahkan obesitas.
Hal lain adalah tentang makan terlalu sedikit. Banyak orang diet dengan cara habis-habisan memotong kalori masuk. Berbagai jalan dilakukan, mulai makan sangat sedikit, makan karbo amat sedikit atau bahkan tidak makan sama sekali, hanya makan jenis makanan tertentu saja, dll. Hal ini disebut-sebut sebagai penyebab melambatnya metabolisme. Memang, konon tak banyak kasus kegemukan yang terhubung dengan penyebab ini, sekitar 2 persen saja. Namun bukankah sangat menyiksa ya jika secara extreme memotong kalori dengan cara makan amat sedikit? Berapa lama seseorang mampu bertahan dalam kondisi kelaparan dan tersiksa? Apalagi kalau ujung-ujungnya adalah diet yoyo, turun dikit lalu naik banyak. Merasa bersalah, diet lagi, turun lagi. Lalu bosan dan tersiksa sehingga kembali naik. Hufttt…
Anda mungkin perlu membaca juga:
Cara Mengatasi Diabetes dengan Efektif
Apakah Makan Enak Selalu Bikin Kegemukan?
Saya termasuk yang masih merasa bisa makan enak dengan tetap menjaga berat badan. Walau banyak di sekitar saya yang mengomentari pola makan saya sebagai ‘tidak menikmati hidup’. Mengapa saya katakan bahwa saya masih makan enak?
Begini, saya masih makan makanan bercita rasa tak jauh dari kebanyakan. Saya masih makan sayur bersaus pecel atau gado-gado yang bagi kebanyakan pengusung diet ketat, sausnya dipandang biang kerok yang tinggi kalori. Saya masih makan masakan-masakan tradisional dengan cita rasanya yang oke, tidak hambar. Saat yang sama, orang-orang pejuang kurus mati-matian menghilangkan garam dari menu sehari-harinya. Bagi saya, garam dalam jumlah terkontrol, masih oke.
Sesekali saya juga masih menikmati kue-kue atau camilan pada umumnya. Saya juga sesekali menikmati kuliner khas kota-kota tertentu yang saya kunjungi dalam perjalanan, atau juga kuliner di kota saya yang mungkin dianggap biang kerok obesitas.
Saya tetap menikmatinya. Kalau pun saya makan dalam jumlah kecil, itu bukan upaya mati-matian, lebih disebabkan kontrol tubuh. Bahwa dia sudah merasa cukup, sehingga tidak menginginkan lagi. Jadi benarkah makan enak selalu akan bikin gemuk? Ah, mungkin tergantung definisi ‘enak’nya ya? Boleh jadi definisi enak bagi lidah saya akan berbeda dengan teman-teman. Yang jelas, bagi saya, makanan apapun yang ada dihadapan saya, akan saya nikmati dengan penuh syukur. Mungkin itu salah satu ‘bumbu’ enaknya.
Terlalu banyak tidur atau justru kurang tidur berhubungan dengan kegemukan
Ada suatu masa di mana saya harus sering kurang tidur dan, ya, memang saat itu saya bisa dibilang sangat langsing. Namun apakah ini berlaku untuk semua orang? Ah, rasanya enggak juga ya. Ada orang-orang yang ketika begadang harus ditemani camilan. Ini diakui oleh banyak teman penulis/blogger. Makin begadang makin banyak harus ngemil. Apalagi ditambah stress akibat terhimpit deadline, makin kencanglah ngemilnya. Bisa dibayangkan dampaknya.
Mekanisme lain, adalah bahwa kurang tidur bisa terkait dengan perubahan hormon-hormon dalam tubuh. Nah, salah satu akibatnya, terkait dengan susahnya turun berat badan. Hormon lapar dalam tubuh yang kurang tidur akan meningkat sementara hormon kenyang justru menurun.
Laju metabolisme juga bisa dipengaruhi oleh kurangnya tidur. Salah satu sumber menyebutkan bahwa metabolisme berkurang 5-20 persen saat kita kurang tidur. Nah!
Banyak toksin menumpuk di dalam tubuh, sebabkan gemuk?
Saya cukup lambat tahu tentang teori ini. Bahwa ternyata, sekeras apapun kita berdiet, ketika toksin masih menumpuk di tubuh, maka penurunan BB akan terhambat. Ini saya sadari ketika menemani ibunda saat berperang dengan obesitasnya. Laju penurunan BB amat lambat, sampai suatu ketika saya membaca buku-buku tentang detoksifikasi dan mencoba memandu beliau melakukan detoks yang disebut-sebut paling nyaman, yakni dengan hanya mengkonsumsi buah segar. Pasca detoks, penurunan BB cukup signifikan. Dan sesudah masa detoks masih bisa turun lagi BBnya.
Kurang Olah Raga atau Justru Terlalu Berlebihan Berolah Raga?
Banyak yang yakin bahwa kurang olah raga adalah penyebab gemuk. Namun, ternyata orang yang berolah raga terlalu keras juga bisa memicu stres yang ujung-ujungnya membuat pelakunya makan lebih banyak. Alih-alih langsing, justru bisa membuat kegemukan.
Mengatasi Kegemukan dengan Menurunkan BB secara Efektif
Sudah banyak menulis tentang bagaimana cara efektif menurunkan BB. Dalam diskusi dengan banyak perempuan yang mengalami masalah kelebihan berat badan, saya menyimpulkan bahwa tekad yang kuat untuk melangsing adalah modal utama. Penting banget untuk punya alasan kuat kenapa kita butuh melangsing.
Ingin menurunkan berat badan hanya karena benci dibully karena gemuk, menurut pengalaman saya justru tidak memberi energi yang baik untuk proses melangsingnya. Terkadang, memang sukses turun BB nya, namun kemudian menjadi seperti kehilangan jati dirinya.
Bagi saya pribadi, alasan menjaga langsing cukuplah karena rasa terima kasih pada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberi saya tubuh yang sempurna. Maka amat wajar jika saya ingin menjaganya. Nah, cari alasan melanagsing terbaik dan terkuat versi Anda.
Selebihnya, panduan untuk menurunkan berat badan secara efektif dapat di baca di artikel ini: Cara Menurunkan Berat Badan
Momblogger, penulis buku, dosen, trainer dan pembicara publik. Tema-tema green, health, pola makan sehat, travelling, teknologi dan pendidikan adalah topik yang diminatinya.
Pelatihan yang sudah dan sedang dilakukan adalah teknik penulisan artikel untuk blog, artikel untuk media massa, penulisan buku dan untuk review produk. Pelatihan lain yang juga diadakan adalah cara melangsing. Semua jenis pelatihan tersebut dikolaborasikan dengan buku.
Informasi lengkap profil bisa dilihat di facebook , instagram saya atau https://www.widyantiyuliandari.com/about-me
Hallo mbak Widyanti…
Menurut saya kegemukan/obesitas terjadi selain faktor genetik juga bisa karena gaya hidup yang keliru misalnya kurang rajin olahraga, makan berlebihan.