Buah lokal untuk food combining

Cinta Buah Lokal, Wujud Semangat Cinta Lingkungan

Share

“Bingkisan nyawa dari alam”, demikian dengan indahnya, Hiromi Shinya menggambarkan dahsyatnya manfaat buah dalam bukunya. Jika kebanyakan orang “hanya” memandang penting makan buah karena kandungan  vitamin atau seratnya, berbeda halnya dengan Hiromy Shinya. Beliau mengungkap keberadaan enzim, substansi ajaib yang terdapat dalam buah segar (dan makanan segar alami lainnya).

Dipaparkan dalam buku tersebut, tubuh kita memiliki dan membutuhkan enzim. Sayangnya, karena pola makan, lingkungan dan aktifitas, maka makin hari makin menipis saja persediaan enzim tubuh kita.

Nah, buah adalah sumber enzim yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Enzim membuat buah dapat tercerna sendiri dalam tubuh atau disebut juga self-digest, dan bahkan masih menyisakan kelebihan enzim yang dapat digunakan tubuh. Dengan satu catatan: dimakan segar!

Buah dalam Food Combining

Banyak orang, bahkan saya yakin hampir semua orang percaya akan manfaat buah. Namun sayangnya saya seringkali menemukan belum semua orang mengetahui bagaimana mengkonsumsi buah, kapan dan sebanyak apa kita perlu mengasup buah-buahan. Seringkali buah hanya dijadikan pelengkap saja, jumlahnya sangat minim dibanding unsur makanan lainnya.

Dalam food combining, buah dipandang sebagai substansi yang sangat penting. Buah, memiliki sifat sangat mudah dicerna namun dapat menyediakan energi yang dibutuhkan untuk beraktifitas. Waktu sarapan yang bersamaan dengan siklus pembuangan,  dalam food combining dipandang sangat ideal untuk mengasup buah. Sehingga tubuh tetap mendapat energi tetapi tak menghabiskan energi tubuh untuk mencernanya. Inilah alasan mengapa para food combiner sangat berenergi dan terhindar dari ngantuk pasca sarapan.

Sebagai penganut food combining, kami sekeluarga berbelanja sangat banyak buah, karena kebutuhan buah kami memang sangat banyak. Bahkan karena pola konsumsi ini saya kerap mendapat sindiran halus dari sekitar, bahwa kami memboroskan uang dengan makan banyak buah. Boros ? Rasanya enggak juga tuh. Karena yang kami beli dominan buah lokal.

Bekal Ke Kantor Dan Bekal Anak Ke Sekolah
Bekal Ke Kantor Dan Bekal Anak Ke Sekolah

Buah impor biasanya buat selingan atau kalau anak-anak minta. Jadi daripada mereka tak makan buah, sesekali memberikan buah impor saya pikir adalah win-win solution. Apalagi kalau dibanding benefit sehat yang kami dapat. Hitung-hitung uang yang dulunya biasa buat periksa ke dokter dan membeli obat, sekarang kami alihkan untuk membeli buah-buahan saja. Sehat tak harus mahal, kok. Percayalah! Nah, kalau jatuh sakit, itu baru mahal.

Kami sarapan buah rata-rata 3 porsi sehari. Anak-anak juga biasanya mau sarapan buah, meski hanya satu ronde. Sesekali bekal sekolah mereka juga buah, bukan biskuit atau coklat. Jadi dalam seminggu kami membeli beberapa kilogram buah lokal seperti salak, jeruk, apel malang, buah naga, dsb. Ini masih ditambah beberapa sisir pisang serta beberapa buah pepaya. Banyak ya ? Tapi , rupiah yang dikeluarkan tak seberapa kok.

Saya dan Buah Lokal

Ada masa disaat saya lebih tertarik dengan buah impor. Di mata saya saat itu, buah impor tampil lebih menggoda. Itu dulu lebih dari sepuluh tahun lalu. Memang masa itu memperoleh buah impor bisa dibilang lebih mudah. Buah impor tersedia mulai dari lapak-lapak pinggir jalan hingga supermarket besar. Sementara buah lokal, harus dicari di pasar becek. Haduhhh… itu bukan saya banget, masa itu.

Berbeda dengan sekarang, saat ini buah lokal mulai banyak tersedia di supermarket. Pemerintahpun mulai menunjukkan keberpihakan terhadap buah lokal, dengan mulai adanya menteri yang menghimbau  tidak menyajikan buah impor dalam acara-acara kedinasan. Bahkan banyak juga pemerintah daerah yang mulai melakukan hal serupa.

Kalau sekarang sih, bagi saya sudah gak masalah lagi meski harus ke pasar tradisional, apalagi suami juga rajin terjun langsung ke pasar tradisional demi mendapatkan buah lokal berkualitas. Bahkan beliau jauh lebih sering berbelanja buah dibanding saya.

Terkadang di hari libur kami sempatkan berbelanja buah (dan sayur) berdua ke pasar tradisional. Acara ini akhirnya bisa menjadi hal yang asyik. Sesekali, acara berburu buah lokal juga bisa ke supermarket kota sebelah yang menyediakan buah-buah lokal berkualitas. Yah, sekalian rekreasi begitu.

Keberpihakan pada buah lokal juga saya tunjukkan lewat tulisan. Salah satunya pada buku terbaru saya ” Food Combining : Pola Makan Sehat, Enak dan Mudah, di sana saya memprioritaskan penggunaan buah lokal dalam resep-resep sajian buahnya. Seperti di bawah ini contohnya.

Salah Satu Resep Dalam Buku Saya Yang Semua Bahannya Menggunakan Buah Lokal
Salah Satu Resep Dalam Buku Saya Yang Semua Bahannya Menggunakan Buah Lokal

Ada banyak alasan saya berpindah dari yang dominan buah impor ke dominan buah lokal. Itu merupakan proses yng cukup panjang juga. Banyak keuntungan memilih buah lokal yang saya rasakan sehingga akhirnya saya memproklamirkan diri sebagai pecinta buah lokal. Dalam hal ini bukan berarti saya anti buah impor loh, ya.

Buah Lokal Murah Meriah – Soal finansial tak bisa dimungkiri sangat terkait dengan pemilihan buah lokal. Kami membutuhkan banyak sekali buah dalam seminggu, jika kami membeli yang impor kami akan menghabiskan 3 sampai 4 kali lipat anggaran daripada kalau kami memilih dominan buah lokal. Itu baru soal finansial keluarga.

Ada lagi urusan ekonomi kerakyatan. Salah satu hal sederhana menurut saya yang membuktikan keberpihakan kepada petani kecil adalah dengan menggunakan produk mereka, termasuk buah. Jadi makan buah lokal juga adalah wujud keberpihakan saya dan keluarga kepada mereka. Bukan hanya sekedar koar-koar, tetapi dukung mereka dengan membeli produknya.

Buah Lokal Lebih Sehat – Yang kedua dan sangat penting adalah alasan kesehatan. Sebagai orang yang sangat pro terhadap gaya hidup kembali ke alam, saya sangat percaya, buah-buah lokal yang ditumbuhkan di atas tanah kita ini, paling sesuai untuk kita. lagipula tanah kita terkenal subur, saya percaya buah lokal lebih lengkap mengandung unsur-unsur yang sangat kita butuhkan.

Di sisi lain, buah lokal waktu tempuhnya dari tempatnya dihasilkan hingga mencapai meja makan kita, pasti lebih pendek. Artinya, substansi-substansi penting didalamnya belum terlalu banyak rusak. Pendeknya jarak tempuh juga membuatnya tak terlalu memerlukan perlakuan seperti: harus dilapisi wax, pestisida dan lain-lainnya. Lebih sehat ? Pasti.

Buah Lokal Pas Di Lidah – Mungkin, mungkin lo ya, ini subjektif. Bagi saya, citarasa buah lokal itu lebih pas di lidah saya. Rasanya mantap. Manis, asam, segar serta aromanya mantap. Begitu pula teksturnya, begitu pas. Ada yang kresss….kriuk… ada pula yang lembut.

Buah Lokal Ramah Lingkungan – Alasan lain, mengapa buah lokal, adalah alasan ekologis. Bertahun-tahun belajar ilmu lingkungan dan sampai kini bekerja juga di instansi pengelola lingkungan membuat saya ngeh dengan berbagai ancaman lingkungan saat ini. Sebut saja salah satunya global warming, yang salah satu penyebabnya adalah karbondiokasida.

Padahal proses pengiriman buah impor dari tanah asalnya, menempuh ribuan mil, tak terhitung berapa karbondioksida yang di-emisikannya. Itu baru karbondioksida, bagaimana dengan unsur polutan yang lain? Karbon monoksida, SOx, NOx dan seabreg polutan lainnya juga turut terlepas ke udara bersamaan pembakaran mesin dari kendaraan yang membawanya.

Jadi, mengutamakan produk lokal, termasuk buah adalah wujud kecintaan terhadap lingkungan dalam bentuk yang sederhana, tanpa perlu ndakik-ndakik (Muluk-muluk).

Menyiasati Sajian Buah

Mengkonsumsi buah setiap hari secara rutin, tak dapat kami tinggalkan, bahkan saat berperjalanan, buah menjadi bekal dalam ransel-ransel kami. Tentunya diperlukan trik agar buah tampil selalu menarik selera, tak membosankan. Saya dan suami biasa bergantian mempersiapkan buah yang akan kami konsumsi. Saat ini, suamipun telah piawai mengupas, memotong dan membuat aneka jus dan smoothie.

Selain untuk menghindari bosan, aneka variasi penyajian buah kami lakukan dengan maksud:

  • Meningkatkan citarasa tanpa merusak substansi dalam buah
  • Memudahkan untuk dikonsumsi misalnya saat ada yg sakit atau mengalami gangguan pada gigi geligi
  • Memancing selera khususnya saat anak malas makan buah

Aneka variasi penyajian yang bisa kita buat dengan berbagai buah lokal adalah:

Buah Lokal Utuh Maupun Potong
Buah Lokal Utuh Maupun Potong

Buah potong warna-warni – Anda mungkin juga ingin mencoba versi aneka bentuk dengan cetakan, bisa dengan cetakan kue kering atau cetakan khusus untuk koktail.

Jus Dan Smoothie, Padu Padan Aneka Buah Bisa Menghasilkan Citarasa Yang Kaya
Jus Dan Smoothie, Padu Padan Aneka Buah Bisa Menghasilkan Citarasa Yang Kaya

Aneka juice dan smoothie – Ini menu kesukaan suami dan sajian andalan saat si kecil sakit. Mudah dikonsumsi dan memberikan energi seketika.

Soup buah dan koktail buah – Kalau yang ini anak-anak hampir tak mungkin sanggup menolak. Tak perlu menambahkan gula atau sirup apalagi susu kental manis kedalamnya, cukup siram dengan perasan jeruk manis lokal atau sari buah nanas, hmmm…. Slurrppptt.

Popsicle buah – Ini alternatif sehat untuk kudapan rekreasional anak. Daripada mereka mengkonsumsi es mambo berbahan aditif yang sulit dipertanggungjawabkan nilai sehatnya, mengapa tak buat saja popsicle buah. Mudah, murah dan anak-anak pasti suka.

Nah, itu cerita saya tentang buah lokal. Semoga bermanfaat ya kawan. Yuk kita cintai buah lokal Indonesia. Go Local go green!

Share

9 thoughts on “Cinta Buah Lokal, Wujud Semangat Cinta Lingkungan

  1. lebih baik mengkonsumsi buah dan membekalkan anak dngan buah dari pada anak jajan sembarangan disekolah. dari buah juga bisa di fariasikan menjadi makanan makanan yang lezat

  2. Belum bisa total pagi menu buah, terutama anak2. Kasian kalau pagi2 waktu mereka tersita urusan perut. Maklum sekolah negeri, toiletnya seperti itulah, sedangkan jam 06.00 mereka sudah harus berangkat. Paling saya pastikan mereka makan buah & BAB tiap hari aja.

    1. Ha..ha…iya Mak Lusi. Anakku juga pas kadang bosen biasanya nolak makan buah. Gak masalah, yg penting kita sediakan pilihan, biar mereka memilih sendiri.

  3. Mbak keren bgt:)…kpn y suamiku mau seperti itu..cb fc??impian ku tuch seperti klrg mbak….sekeluarga fc smua…

  4. Assalamu'alaikum mbak,

    mau tanya kalau kita ngemil kurma/ campuran dried fruits n nuts/ kismis, apakah dalam fc diperbolehkan? Saya penderita anemia, sudah lumayan lama, jadi memaintain hb salah satunya dengan konsumsi kurma setiap hari min 15 butir. Dan juga meminum suplement seperti sari kurma dan organic black strap molasses

    selama ini sy coba atur pola makan dengan mengurangi gorengan, banyak makan buah, tapi memang belum pakai juklak FC. Nah…setelah memcaya beberapa referensi tentang FC, sy pengen coba menerapkan FC ini namun tetap memaintain anemia sy dengan cukup.

    boleh minta advise nya ya mbak. Terimakasih banyak sebelumnya.

    wassalamu'alaikum wr wb

    _Melly

  5. setuju mb dan bs lebih murah kalau beli yg lagi musim di pasar tradisional. Gra2 sering borong sy jd hapal harga2 buah d pasar, hehehe

Leave a Reply to intanrawits Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!