Saya pernah menulis tentang warisan Mbah Putri di blog ini dan di blog yang lainnya. keduanya pernah memenangi lomba blog bertemakan lingkungan sekitar setahun lalu. Nah, ketika Mak Chi melaunch GA tentang Benda Yang Wajib Dibawa Saat Jalan-jalan, saya langsung saja teringat akan warisan tersebut.
Bukan warisan berupa benda seperti perhiasan atau pusaka keluarga. Bukan pula warisan berupa rumah, lahan pertanian dan lain sebagainya, namun sungguh bagi saya ini warisan sangat berharga yang kemudian menjadi kebiasaan. Saputangan. Benda mungil nan lembut yang saat ini biasa kami bawa ke mana-mana. Mbah Putri lah yang mengajarkan kebiasaan ini.
Nah, sudah bertahun-tahun saputangan ini menjadi benda yang harus selalu ada di tas atau saku saya. Terkadang membawanyapun tidak cukup 1 tapi beberpa helai, disesuaikan dengan kebutuhan. Saputangan katun buat saya, saputangan khusus laki-laki buat ayah dan biasanya saputangan berbahan handuk untuk the krucils.
Kami bukannya anti tisu, di mobil kami masih selalu sedia tisu. Hanya, demi alasan lingkungan, kami memilih untuk memprioritaskan penggunaan saputangan. Tisu hanya digunakan saat benar-benar dibutuhkan saja. Jadi saya memiliki koleksi beberapa saputangan. Biasanya warnanya saya sesuaikan dengan pakaian yang sedang saya kenakan saat itu. Hi..hiβ¦niat banget ya.
(Baca juga: Menjadi Traveler Yang Peduli Lingkungan)
Selain tisu, benda yang hampir selalu saya bawa saat jalan-jalan atau bepergiaan kemanapun adalah botol berisi air minum. Bepergian jarak dekat dan sebentarpun, kami biasa membawanya. Bahkan meski hanya sekadar ke pasar, tetap kami tenteng-tenteng.
Saya dan suami, bahkan juga anak-anak memang memiliki kebiasaan minum yang cukup banyak. Biasanya kami minum setidaknya 3 liter air putih dalam sehari. Jadi daripada kehausan di jalan, atau harus sering-sering membeli air minuman dalam kemasan, lebih baik kan membawa sendiri. Selain hemat dan terjamin kualitas serta kebersihannya, juga turut serta mengurangi timbulan sampah kemasan plastik bekas. Ya kan?
Gara-gara kebiasaan membawa botol minum kemana-mana ini, saya sering sekali ditanya atau dikomentari teman (biasanya orang yang baru kenal kebiasaan saya ini), misalnya : apakah saya menderita penyakit ginjal sehingga harus membawa minum kemana-mana? Atau bahkan ada yang usil juga berkomentar, bahwa saya seperti anak TK saja, bawa-bawa bekal. he..he… Lucu juga ya mereka, masa iya harus nunggu sakit ginjal dulu baru sadar mau cukup minum? Saya sih milih dikatain kaya anak TK deh, daripada saya sakit hanya gara-gara kurang minum.
Oh ya, untuk tempat minum ini saya juga punya lumayan banyak koleksi berbagai warna, bentuk dan ukuran. Biasanya untuk ke kantor saya pakai yang paling besar kapasitasnya, yaitu yang isi 1 L. Kalau untuk jalan yang dekat-dekat saja sih, cukup yang 600-750 ml. Untuk warnanya juga kadang saya sesuaikan dengan pakaian atau tas yang lagi saya bawa. Niattt!
Nah, itu dua benda yang selalu saya bawa saat jalan-jalan. Kalau Anda bagaimana? Apa benda yang harus selalu Anda bawa?
Momblogger, penulis buku, dosen, trainer dan pembicara publik. Tema-tema green, health, pola makan sehat, travelling, teknologi dan pendidikan adalah topik yang diminatinya.
Pelatihan yang sudah dan sedang dilakukan adalah teknik penulisan artikel untuk blog, artikel untuk media massa, penulisan buku dan untuk review produk. Pelatihan lain yang juga diadakan adalah cara melangsing. Semua jenis pelatihan tersebut dikolaborasikan dengan buku.
Informasi lengkap profil bisa dilihat di facebook ,Β instagram saya atau https://www.widyantiyuliandari.com/about-me
Itu foto saputangannya kurang besar mak. Saya sudah lama nggak pakai saputangan sejak sibuk umbah2 sendiri, padahal sdh sering datang ke seminar perilaku hijau. Kudu insaf nih. Kalau tumbler isi air putih sudah kebiasaan juga selalu bawa kalau pergi, kecuali suami krn di kantor sudah ada dispenser.
Hi..hi..iya Mak Lusi, Trims sarannya. Udah saya besari dikit. Maunya nyoba bikin kolase lha jebul malah kekecilan. Gak papa mbak. perilaku hijau pelan-pelan saja. Slowly but sure. Saya dibiasaan sejak mbah hingga ibu. Jadi emang udah dari kecil banget kebiasaan π
Aku belum bisa pake sapu tangan mak. Sehari aku bisa bersin puluhan x karena memang punya alergi..kebayang berapa banyak saputangan yg harus dibawa..lagisn males nyucinya hahaha….
#dikeplakmawidya
Nah…berarti Mak Muna kudu food combining yaa. Agar alerginya sembuh. Bener Mak, ini pengalaman pribadi, soalnya aku dulu juga kek gitu. Debu dikit bersin, asep bersin, bau dikit bersin.
Naah…mestinya mmg milih saputangan drpd tisue ya… Lbh ramah lingkungan .. Tapiii… Saya blm bs π
wahhhh, saya berhenti bawa saputangan sjk umur 9 thn π Bukan kenapa2 mba, tp mama saya jd males beliin saputangan krn smuanya menghilang bgitu aja ;p.. yg jatohlah, yg lupa bawa, yg robek dll…Nth seaktif apa saya dulu pas SD ;p
Wah, keren Mak… Saya salut dengan perilaku hijau yg sudah terbiasa diterapkan. Kalau saya masih pelan2 bgt belajar. Yg udh lumayan sih bawa tumbler air minum sendiri. Kalo yg saputangan blm biasa, meski teman2 di kantor sudah membiasakan. Saya yg baru ini perlu byk belajar dr mereka & Mak Widya ini π
Dulu saya pernah dioleh-olehin banyak sapu tangan sama adik saya sepulangnya dari Jepang. Lucu-lucu saputangannya. Sayangnya saya gak apik. Satu per satu hilang π
Wiiii…. pingin banget liat, saputangan dari Jepang π Sayang ya Mbak pada ilang π Mungkin lain kali kalau dpt oleh-oleh saputangan, bisa dilempar ke saya. Ha..ha