Kampung berseri Astra

Kampung Berseri Astra Keputih Surabaya, Tak Lelah Gapai Asa untuk Lingkungan Lebih Baik

Share

Siang yang terik, taksi online yang membawa kami perlahan menepi dan berhenti di dekat Taman Harmoni.

“Ada acara tampaknya, Mbak. Kita nggak bisa lanjut”.
“Baiklah, kami turun di sini aja, Pak”.

Saya bersama Ervin, sahabat saya yang dosen ITS melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Udara panas menyengat. Ah, kami seperti bernostalgia. Sekitar tahun 1997 atau 1998 kelompok kami pernah mendapat tugas untuk mendistribusikan bantuan ke daerah ini. Tempat yang kini hampir tak bisa saya kenali karena berubah total dari masa saya menempuh S1 dulu.

“Sik adoh ta? (*Masih jauh kah?)“

“Ndak, dekat kok,” sobat raket saya ini menenangkan.

Keringat sudah membanjir kemeja soft denim yang saya kenakan. Ah, tampaknya saya salah kostum. Saya mengira taksi online dapat berhenti persis di mulut gang menuju Rumah Pintar KBA Keputih, tujuan kami. Ternyata sedang ada sebuah acara seremonial yang dihadiri Ibu Risma. Kendaraan roda empat memenuhi kiri kanan jalan, sehingga kami tak bisa mengakses langsung ujung gangnya. Berjalan kaki sekitar lebih dari setengah kilometer adalah satu-satunya pilihan di siang terik itu.

Syukurlah … Akhirnya sampai juga …

Tidak terlalu lama, gapura itu kami temukan. Alhamdulillah … rasanya saya tak sanggup membayangkan berpanas-panas lebih jauh lagi. Beberapa jam lagi saya masih harus menjemput keluarga yang akan menghadiri wisuda master saya esoknya. Ya, perjalanan itu seperti jalan-jalan perpisahan saya dengan kampus ITS, Keputih dan sekitarnya. Karena seusai wisuda esoknya saya harus kembali ke Unit Kerja di mana saya mengabdi sebagai ASN.

Nimbrung Kegiatan Warga

Kegiatan Warga Siang Itu

Rumah Pintar adalah tujuan kami siang itu. Suatu kehormatan dan kesempatan luar biasa saya diundang untuk menengok kegiatan warga yang akan bermusyawarah untuk semacam program perbaikan sanitasi di lingkungannya. Selama pertemuan warga, saya hanya menyimak jalannya diskusi yang dinamis itu. Pak Tri sebagai leader di sana saya anggap sangat kapabel memimpin warganya. Oh ya, Pak Tri ini adalah wakil ketua RW di sana sekaligus Koordinator Program KBA. Ada berbagai karakter di sana yang terlihat dalam pertemuan tersebut, namun sang leader dengan sangat bijak bisa mengademkan suasana sekaligus membawa diskusi pada tujuan semula. Salut!

Selesai acara, kami menumpang mobil Pak Edot, dosen kami yang juga turut mendampingi kegiatan siang itu. Bapak Ir. Eddy Setiadi Soedjono, Dipl.SE, MSc, PhD. yang lebih beken dengan panggilan Pak Edot ini adalah dosen saya di Departement Teknik Lingkungan ITS. Beliau ini selain akademisi juga penggiat sanitasi. Kiprah beliau mendapatkan penghargaan dari Wali Kota Surabaya sebagai Praktisi Penggiat Sanitasi di hari jadi kota Surabaya yang lalu.

Sebelum pulang, Pak Edot mengajak kami berputar-putar melihat beberapa fasilitas cihuy yang ada di kampung ini, salah satunya adalah Water Treatment. “Ini sampai sekarang masih berfungsi, lo.” Jelas beliau.

Keputih, Riwayatmu Dulu …

ITS itu … Ikuti Truk Sampah. Itulah candaan tentang nama ITS yang kampusnya terletak di Keputih, zaman dulu. Sampai saya selesai menempuh S1 di tahun 2002, guyonan bernada getir ini masih sangat populer karena memang banyak sekali truk-truk sampah yang menuju daerah Keputih, lokasi Tempat Pembuangan Akhir sampah masa itu.

Tumpukan Sisa-sisa Sampah dari Masa TPA Keputih Masih Beroperasi, di Dekat KBA Keputih

Saya khatam betul suasana keputih masa itu, bahkan aromanya terkadang masih hadir di penciuman saya ketika saya mengenangnya. Bau sampah dan got, lalat yang berkeliaran di mana-mana sehingga sangat sulit menemukan warung makan yang bebas lalat masa itu.

Tempat yang saat ini disebut Kampung Berseri Astra ini terletak di Keputih Tegal Timur. Dulu, bisa dibilang ini bagian tersuram dari Kelurahan keputih, di mata saya. Bagaimana tidak, ini adalah salah satu bagian Keputih yang terdekat dari Tempat Pembuangan Akhir, dulunya. Tempat kos saya dulu di Keputih gang 3C, berada hanya beberapa ratus meter dari sini.

Jauh dari kata bersih … rumah-rumah yang seadanya, sampah di mana-mana, genangan di mana-mana kala musim hujan, bau, lalat … pokoknya lengkaplah berbagai komponen yang mungkin membuat Anda yang terbiasa dengan lingkungan serba resik akan bergidik.

Permasalahan lingkungan tak sampai di situ saja. Kampung yang dihuni oleh kebanyakan pendatang ini kabarnya juga mengalami kesulitan dalam penyediaan air bersih. Duh … padahal adanya air bersih adalah salah satu komponen  dari sanitasi yang sehat, kan?

Semangat Astra Turut Membangun Kampung

Kalau ada teman-teman yang belum terlalu familiar dengan istilah, Kampung Berseri Astra, maka jangan risau. Anda tidak sendiri. Saya pun baru tahu sekitar setahun belakangan. Jadi Kampung Berseri Astra ini adalah program kontribusi sosial yang berkelanjutan dari Astra. Program ini diimplementasikan pada masyarakat dengan konsep pengembangan yang mengintegrasikan empat pilar yakni kesehatan, pendidikan, lingkungan serta kewirausahaan. Dalam tulisan ini, saya akan fokus bahasan pada bidang lingkungan.

Dengan program ini, Astra berkolaborasi bersama masyarakat untuk mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas serta produktif. Harapannya dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Kampung Berseri Astra.

Wajah Kampung Berseri Astra Masa Kini

Sederhana Tapi Apik dan Resik

Kampung Berseri Astra Keputih kini membuat saya pangling saat pertama melihatnya. Iya, rumah-rumahnya memang sederhana. Banyak juga yang semi permanen. Namun kondisi kampungnya sangat bersih dan asri. Cukup banyak tanaman membuat suasana teduh, hijau dan segar. Berjalan makin ke dalam, makin geleng-geleng dengan transformasi tempat ini. Berbagai fasilitas yang mewakili kemajuan sebuah kampung, ada di sana. Meski sayangnya waktu saya terbatas sekali siang itu.

Tak Sulit Menemukan Lokasi Berbagai Fasilitas Ini, Papan Petunjuknya Jelas dan Ada di Mana-mana

Rumah Pintar Astra

Rumah Pintar Astra, Jantungnya Aktivitas Warga

Rumah Pintar Astra ini menjadi semacam jantung aktivitas warga kampung. Tempat ini menjadi tempat berkumpulnya warga bila mengadakan pertemuan, baik pertemuan rutin, ataupun seperti yang saya ikuti siang itu.  Fasilitas ini diresmikan oleh Ibu Ani Yudhoyono pada tahun 2014 silam.

Water Treatment

Fasilitas ini boleh dibilang bagai oase di padang gersang. Masyarakat yang tadinya kesulitan air bersih, dan harus membelinya dengan harga mahal akhirnya dapat memperoleh suplai air melalui instalasi ini. Fasilitas ini mengolah air baku yang berasal dari sungai, menjadi  air bersih.

Bank Sampah

Bank sampah adalah salah satu fasilitas pengelolaan sampah yang terdapat di KBA Keputih. Kegiatannya adalah sebagai pusat pengumpulan sampah anorganik untuk kemudia dipilah dan dijual sehingga memiliki nilai ekonomi.

Rumah Hijau

Jika bank sampah menangani sampah anorganik atau yang sulit diuraikan, maka Rumah Hijau adalah fasilitas untuk handling sampah organiknya. Di fasilitas yang satu ini dilakukan aktivitas pengomposan sampah organik. produksi kompos juga menjadi salah satu sumber pendapatan. Keren ya? Baca juga : Melestarikan Bumi dari dapur kita.

Tantangan ke Depan dan Potensi Masyarakat

KBA Keputih memang telah memperoleh pencapaian yang luar biasa, namun bukan berarti harus diam di tempat begitu saja. Sejumlah improvement masih terus dilakukan. Dan, sangat wajar jika kemudian muncul tantangan. Bukan untuk menyurutkan langkah, tetapi untuk dihadapi bersama.

Saya Bersama
Bapak Ir. Eddy Setiadi Soedjono, Dipl.SE, MSc, PhD dan
Ervin Nurhayati, S.T., M.T., PhD

Mumpung kesempatannya ada dan kami berkumpul, maka saya menanyakan kepada teman saya Ervin Nurhayati, S.T., M.T., PhD., pada bagian mana KBA Keputih bisa dan perlu melakukan improvement. Ini saya ringkaskan pendapatnya, ya.

Berbicara soal lingkungan, untuk kebersihan secara umum di KBA Keputih memang sudah baik. Namun demikian, KBA Keputih masih memiliki PR besar untuk sanitasi yang lebih baik ke depannya. Salah satunya adalah untuk menuntaskan 100 persen tersedianya akses pada jamban sehat.

Kalau bicara tantangan, rasanya tak lengkap jika tak menakar sekaligus dengan kekuatan atau potensi masyarakatnya, bukankah demikian? Karena sehebat apapun tantangannya, jika modal menghadapinya lebih besar, pasti bakal bisa tertangani dengan baik. Saya pribadi melihat kekuatan karakter masyarakatnya. Masyarakat di sini cukup kompak. Apalagi jika distimulasi dengan sesuatu yang sifatnya kompetisi. Ibaratkan Monggo aja. KBA Keputih juga beruntung memiliki sosok pemimpin seperti Pak Tri salah satunya. Kepiawaian beliau merangkul warga menuju arah yang lebih baik, saya rasa akan menjadi satu modal yang sangat berharga bagi kampung ini.

Ah… rasanya saya bersemangat sekali menulis tentang KBA Keputih ini. Secara pribadi saya sangat mengapresiasi apa yang telah dilakukan oleh Astra. Jujur, tidak selalu mudah mengetuk pintu Dunia Usaha untuk peduli pada persoalan lingkungan dan sanitasi. Saya sebagai ASN turut terbanting-banting mengalaminya sendiri sejak beberapa tahun terakhir di wilayah kerja saya di Bondowoso. Saya berharap, slum-slum area yang ada di Bondowoso pun suatu saat bisa bangkit seperti KBA Keputih ini. Semoga …

Share

24 thoughts on “Kampung Berseri Astra Keputih Surabaya, Tak Lelah Gapai Asa untuk Lingkungan Lebih Baik

  1. wah, reunian sebelum meninggalkan ITS rupanya. Kemarin saya sempat menginap disana mbak, ga bayangin dulunay kayak apa ya, kl denger cerita warganya, luar biasa

  2. Mbak Widya, aku kok baca kisah ini kaya lagi ngikutin kegiatan mamaku jaman aku kecil dulu. duhhhh aku mah dari kecil udah dibawa-bawa sama mama ke tempat pembuangan sampah.

    Senang sekali membaca kisah Kampung Berseri Astra ini, semoga semakin banyak ya kampung seperti ini, pasti Indonesia semakin indah dan nyaman untuk ditinggali

  3. Senang bisa melihat wajah kampung yang bermetamorfosis lebih baik. Butuh dukungan dari banyak pihak untuk itu. Kepedulia Astra mestinya ditiru perusahaan besar lain dalam memberi kontribusi untuk masyarakat Indonesia. Semoga.

  4. Wah keren ya, dari sampah lo. Kadang bukan karena warganya nggak mau, tapi nggak tahu bagaimana memulainya dan tidak melihat apa manfaatnya. Butuh pendampingan.

  5. Whuaa keren, kampung Keputih jadi bersih gitu ya, masyarakat pun senang. Cara pengelolaan sampah yang perlu banget diedukasikan lagi ke setiap wilayah.
    Aku ngakak soal candaan ITS Ikuti Truk Sampah. Kako di Bandung ada ITB Icalan Teh Botol artinya jualan teh botol coz sepanjang jalan ITB banyak banget yg jualan nttu hahaha

  6. waaah bersih banget ya kampung Kiputih ini, udah gitu hijau dan asri, adem suasananya kayanya ya, aku belum pernah kesana sih, jadi pengen mampir kalo pas ke surabaya hehehe

  7. Wowww!
    Saya pertama sekaligus terakhir kali ke Kampus ITS Keputih pada 1994, saat kelas 3 SMA pas ada acara olimpiade Matematika tingkat SMA se-Jawa Timur. Dan waktu itu heran banget sama lokasi kampus dan kampusnya sendiri. Kayak tempat jin buang anak kalau orang Betawi bilang kwkwkw.
    Jadi penasaran kondisinya kini.
    Salut sekali pada Astra atas kontribusinya membangun Indonesia melalui KBA!

Leave a Reply to Nchie Hanie Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!