Perempuan bloger dan impian pendidikan tinggi

Perempuan Blogger dan Impian Pendidikan Tinggi

Share

Bondowoso, awal 2003 …

Perjalanan nasib saja yang membawa saya ke tempat ini. Tempat yang dipuji-puji sebagai The Hidden Paradise, ceceran surga yang luar biasa indahnya. Namun, percayalah, tempat ini pulalah yang membuat saya nyaris tak mampu lagi bermimpi.

Disebabkan iseng dan desakan kondisi ekonomi keluarga, akhir tahun 2002 saya melamar menjadi PNS di sini. Melupakan cita-cita untuk menjadi dosen di perguruan tinggi terbaik negeri ini atau, yah… setidaknya bekerja di perusahaan swasta yang cukup keren. Keputusan yang diambil setelah saya cukup galau karena honor saya menjadi asisten dosen di sebuah PT di Surabaya, sangat jauh dari cukup untuk sekadar bertahan hidup.

Konyol juga, karena salah satu motifnya adalah untuk membuktikan, benarkah untuk menjadi PNS harus membayar uang suap? Lalu ternyata benar-benar diterima, enggak pakai bayar. Saya tak lagi bisa mengelak, karena menjadi PNS adalah tradisi keluarga besar kami.

Membeku Dalam Sepi, Tak Lagi Punya Mimpi

Menjadi PNS di kota kecil nan sepi, di mana koneksi internet saja menjadi barang langka masa itu, sungguh membuat saya stagnan. Hari demi hari hanya berjalan mengikuti rutinitas. Bangun, berbenah, menitip anak di daycare, lalu ke kantor. Lepas kantor  jemput anak, balik ke rumah dan main dengan anak hingga saat kantuk menyerang lalu tidur. Esoknya lingkaran yang sama akan berulang. Saya tak ke mana-mana. Tak bertambah pintar. Tak bertambah maju. Tak bertambah baik berkarya. Ah… Pendeknya, saya diam, tak ke mana-mana. Sungguh ngeri!

Suami yang suka menulis akhirnya berhasil membuat saya mulai melirik dunia penulisan. Tahun 2008 atas paksaan suami saya mulai punya blog, membuat draft buku untuk diajukan ke penerbit dan menulis artikel untuk media cetak. Luar biasa senangnya karena ternyata ada orang yang membaca tulisan-tulisan saya di blog. Masa itu nge-blognya masih dengan blog gratisan. Dengan bangganya saya sampaikan kepada pimpinan di kantor, blog saya sehari ada 100 view lo, Pak. Norak ya?

Kalau membandingkan angka itu dengan kondisi sekarang, rasanya ingin tutup muka. Haha… tapi itulah proses. Sampai di tahap itu, blog membantu saya berbagi dan mulai berjejaring. Ah… rasanya, raga saya memang ada di Bondowoso. Tapi ide-ide dan pemikiran saya sudah dibaca orang di mana-mana. Luar biasa senangnya dan saya mulai melihat harapan.

Baca juga tulisan saya mengenai dunia blogging :

Tahun 2013 saya mulai aktif berkomunitas. Lalu di tahun 2014 saya memenangi lomba blog pertama saya. Ah… rasanya jalan saya makin terang. Sejak 2014 blog mulai menghasilkan rupiah. Saya makin percaya diri. Niat awal nge-blog memang “hanya” sekadar berbagi, namun jika ternyata cukup menjanjikan untuk menghasilkan materi, why not? Selagi semua ditempuh dengan cara-cara elegan dan tetap penuh tanggung jawab.

Karena, muna kalau saya bilang, Oh…. Saya sih, udah cukup dengan gaji PNS. Enggak bohong deh, gaji PNS sebenarnya ya segitu-segitu aja. Ini bukan berarti enggak bersyukur lo. Tapi, ya saya enggak mau sok cukup lah dengan gaji seuprit itu. Bisa hidup sih. Tapi sangat terbatas. Nah, blog memberi saya keleluasaan. Bisa jalan-jalan dengan keluarga. Bisa bebas membantu orang tua dan keluarga lain yang membutuhkan, endebrai… endebrai. Sampai di sini saya sudah cukup merasa, bahwa blog sudah memberi sangat banyak pada saya.

pendidikan untuk perempuan

Saya cinta belajar. Saya suka sekolah, dan saya masih punya mimpi tentang hal ini. Maka tahun 2012 saya apply sebuah beasiswa dari lembaga pemerintah untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang S2. Alangkah sedih karena ternyata saya tak lulus. Niat menempuh studi masterpun gagal sudah. Makin tahun, usia saya bukannya makin muda, sementara sebagian besar beasiswa memberikan batasan usia.

Suami meyakinkan, sudahlah tak perlu menggantungkan pada beasiswa, pasti ada rezeki kok untuk membiayai sendiri. Tapi saya sangat khawatir. Saya tahu, studi S2 tidak murah. Apalagi harus berjauhan dengan keluarga juga, biaya lain-lainnya pasti jauh lebih besar daripada sekadar uang SPP. Belum lagi biaya risetnya. Dalam pikiran saya, impian kembali ke bangku kuliah seperti makin jauh saja. Bahkan ada masa saya sudah melupakannya.

Tahun 2016  sahabat saya baru pulang dari Taiwan, menyelesaikan PhD nya. Secara hampir bersamaan saya me-launching buku solo kedua saya, “Kuliah Jurusan Apa? Jurusan Teknik Lingkungan “. Kami janji berjumpa di Surabaya untuk merayakan reunion setelah cukup lama terpisah dan sekaligus dia menemani saya dalam sebuah acara bedah buku baru saya tersebut yang diadakan di kampus ITS.

Sebuah kebetulan? No! Saya yakin Tuhan tidak suka main-main. Saat itulah saya baru seperti tersengat. What? Teman saya udah doktor, terus saya S2 aja belum. Lalu kapan? Di saat yang sama, penghasilan dari blog makin bikin percaya diri. Maka, bismillah, dengan dukungan penuh dari suami saya beranikan diri mendaftar S2 di Institut Teknologi Sepuluh November. Itu terjadi di akhir 2016.

Siapa yang meragukan beratnya beban kuliah anak magister teknik? Sini….sini nyoba dulu jadi mahasiswanya ya. Kuliah sih, tidak banyak. Tugasnya yang menggunung. Dalam seminggu seringkali harus menyelesaikan setumpuk tugas paper. Apalagi kalau sudah mendekati akhir semester. Duh….. uuuulala…sedapnya dibombardir tugas.

Saya tak punya kemewahan untuk berhenti nge-blog di tengah tugas yang mengejar-ngejar. Saya butuh bertahan dengan biaya yang sebagian berasal dari blog. Jadi kalau ada yang bilang, “Mbak Wid hebat. Kuliah masih bisa nge-blog”. Itu sebenarnya bagi saya terdengar lucu. Karena apa? Kalau saya tak ngeblog, justru dari mana duit buat kuliah? This is called “The Power of Kepepet”. Terpaksa, akhirnya bisa!

Di sisi lain, blog menjadi me time yang sangat ampuh buat meredam stres akibat beban akademik. Wah, ini penting banget saya rasa. Ada energi tambahan yang didapat sesudah nge-blog. Meski memang tak dimungkiri, frekuensi posting jadi berkurang dibanding sebelum kuliah. Sesekali saya nimbrung event bareng teman-teman komunitas blogger di Surabaya. Ini sangat berarti untuk berjejaring, saling berbagi dan juga melepaskan sejenak penat akibat beban akademik.

Pendidikan master baru saja saya tuntaskan. Perjuangan berbuah cum laude, rasanya cukup melegakan hati dan membuat saya dan keluarga tak henti bersyukur pada Sang Maha. Tidak akan ada predikat cum laude ini tanpa blog, karenanya saya rasa saya wajib “membayar” berkah luar biasa ini. Saya merasa semacam memiliki hutang budi (dalam arti positif) terhadap blog, dan beginilah rencana saya untuk melunasinya.

Membenahi Blog, Meningkatkan Kualitas Konten

Blog ini sudah agak kurang rapi dan kurang menarik, bahkan theme nya belum pernah saya ganti sejak 2 atau 3 tahun lalu. Sebenarnya sudah lama ingin saya benahi, tapi mungkin sekarang lah waktunya. Saat saya sudah tak lagi diburu-buru tugas-tugas kuliah.

Kini, sebenarnya saya tak terlalu menaruh target-target penghasilan dari blog ini. Tak seperti saat masih menjalani S2 kemarin. Kini saya ingin lebih fokus pada konten yang lebih bernas saja. Blog ini akan lebih selektif lagi dalam menerima kerjasama. Tak apa. Saya lebih senang begini. Tak terlalu banyak pesan sponsor pada blog saya.

Ke depan saya akan lebih berkonsentrasi pada tulisan-tulisan tentang pendidikan, pola makan khususnya food combining dan traveling. Ketika berbicara soal pola makan dan pola hidup sehat secara holistik, saya memang bukan dokter atau seseorang yang berlatar pendidikan kesehatan. Tapi bertahun-tahun sudah saya membagi pengalaman saya meraih kualitas hidup lebih baik dengan bantuan pola makan. Tulisan-tulisan tentang pola makan mendapat trafik tertinggi di blog ini. Tapi bukan karena trafik saya memilih tetap menekuninya. Membaca komentar pembaca di blog ini, juga pesan-pesan yang masuk ke email dan inboks saya, saya jadi merasa bahwa tulisan-tulisan tersebut telah membantu banyak pembaca. Ditambah lagi di masyarakat kita masih amat banyak miskonsepsi tentang pola hidup sehat, saya merasa terpanggil untuk memberikan informasi yang proporsional.

Tema-tema lingkungan, akan saya tampung pada media yang sedang saya rintis bersama beberapa orang sahabat. Saya telah menceritakan di pos sebelumnya tentang rencana saya membuat sebuah media baru yang fokus tentang dunia environmental engineering. Alhamdulillah sudah ada progres, meski memang masih butuh kerja keras untuk mewujudkan media baru yang sesuai dengan impian saya.

Saling Dukung Lewat Blog

Satu setengah tahun terakhir saya dipercaya menjadi kapten di sebuah komunitas perempuan penghobi nulis. Ibu-Ibu Doyan Nulis nama komunitasnya. Dari situ saya tahu, bahwa saat ini amat banyak perempuan menaruh minat pada dunia blogging. Peluang di dunia blog memang masih terhitung besar, maski sebagian orang beranggapan blog sudah mulai redup. Enggak ah? Kata siapa? Kalau menurut saya bahkan saat ini bisa dikatakan masih cukup menjanjikan, kok.

Bagi ibu-ibu, blog memang dapat menjadi media yang berarti. Selain menjadi media tempat sharing segala sesuatu yang bermanfaat, blog juga cukup menjanjikan untuk menambah penghasilan seperti yang telah saya alami. Tak heran, kini ibu-ibu banyak sekali yang ingin belajar nge-blog.

Tentu saja ini sesuatu yang sangat positif. Karenanya saya berusaha mendukung dengan cukup sering sharing tentang blog di komunitas IIDN. Selain itu, sejak dua tahun lalu saya juga sudah membuka kelas blogging di Indscript Training Center, sebuah pusat training yang fokus dalam edukasi bisnis dan kepenulisan utamanya bagi perempuan.

Sejak kembali kuliah dan rajin mempost kehidupan kampus, saya juga jadi tahu, banyak sekali perempuan yang masih menyimpan impian untuk kembali menempuh pendidikan pada strata yang lebih tinggi. Temuan menarik bukan? Sangat menarik! Betapa kerennya negeri ini jika makin banyak perempuannya berkesempatan memperoleh pendidikan terbaik hingga strata tertinggi yang mereka impikan.

Liku-liku kehidupan kampus saya tulis di blog ini pada katagori #CatatanEmakKuliah tulisan tersebut sedang saya kompilasi dan perkaya dengan materi tambahan lainnya. Rencananya akan saya terbitkan menjadi sebuah buku. Tujuannya? Ya salah satunya untuk meng-encourage sesama perempuan terutama yang sudah berkeluarga untuk berani kembali ke kampus menggapai impiannya.

Saya sadar, terlalu banyak ketakutan yang membuat impian tetaplah sekadar impian. Banyak perempuan lebih memilih tetap “tidur” daripada bangun lalu bekerja untuk mewujudkannya. Salah satu ketakutan memasuki pendidikan yang lebih tinggi adalah soal biaya. Siapa yang bisa menyangkal mahalnya biaya pendidikan di Indonesia? Apalagi bagi perempuan yang sudah berkeluarga, tentu kebutuhan-kebutahan rumah tangga bakal menjadi prioritas utamanya. Inilah yang dulu terjadi pada saya sebelum blog cukup memberi harapan untuk pembiayaan studi.

Fokus saya sekarang adalah pada edukasi teman-teman blogger pemula. Saya ingin mereka merasakan seperti yang dapat saya rasakan, membiayai impian mereka lewat jalan yang mungkin dicemooh oleh sebagian orang. BLOG. Banyak orang sudah membuktikan, blog adalah harapan!

Share

9 thoughts on “Perempuan Blogger dan Impian Pendidikan Tinggi

  1. Memang mimpi kita itu tanggung jawab kita sendiri, mau diwujudkan atau hanya dipendam saja dalam impian.

    Congrats Mbak, tulisan ini akan menginspirasi banyak perempuan di Indonesia.

    Keep blogging and sharing!

  2. Aku setiap hari disindir lho mba sama suami. Tapi aku nganggepnya sbg motivasi aja. Krn aku kalau ga digituin ga gerak hahaha dan krn suami ga tahu dunia blog secara utuh beserta peluangnya. Bantu aku yaa buketuuu ?

  3. Mbak Wid, aku salah satu murid mbak di kelas blogger,

    Seneng kalau liat tulisan mbak Wid, seperti ada motivasi buat aku pribadi

    Aku lagi merasa “tenggelam” dalam rutinitas ibu rumah tangga dengan 3 anak yg masih pada piyik hehe

    Thanks mbak Wid sudah menjadi motivasi ku untuk menulis lagi, fan membuat blog lagi dari awal hehe

  4. wuaaaa selamat ya mbak widya dapat summa cum lauuuuude
    padahal ndapetinnya susah itu. harus ngurus keluarga, update blog, ngerjain tugas magister yang seabrek
    wuaw. pencapaiannya tuntas semua ya mbak
    kereeeeen

    hohooo, semoga disegerakan untuk menelurkan buku kece itu mbak, supaya banyak perempuan yang terinspirasi
    hehe

  5. Terselip rasa haru membaca tulisan ini.
    Bila kita memiliki impian maka raihlah dengan cara yang terbaik. Karena jalan selalu ada.

    Terimakasih sudah tulis kisah inspiratif ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!