Sore hari. Cahaya matahari yang hangat melewati pagar berdaun sirih gading dan jendela kaca ruang tamu. Kehangatannya menyusup ke diri, menyeret ke lipatan waktu lampau. Teringat bagaimana saya memimpikan memiliki rumah sendiri berfuniture vintage dari kayu jati di ruang tamu yang teduh. Rumah yang saya rindukan ketika jauh darinya.
Enam belas tahun lalu….
Tidak terpikir bagi kami untuk membeli rumah setelah menikah, meskipun cukup dana sebagai uang muka pembelian rumah. Pengalaman bertahun- tahun saya dan suami kost selama kuliah, seolah terpatri di alam bawah sadar bahwa setelah menikah yang mungkin dilakukan hanyalah mengontrak rumah. Pilihan ini yg kemudian menjadi fase awal kehidupan keluarga kami penuh romantika.

Tahun 2005 dan 2006 adalah 2 tahun pertama mengontrak rumah di sebuah perumahan. Anak pertama lahir pada paruh tahun 2005. Lima belas bulan kemudian anak kedua lahir, tepat 10 hari sebelum masa kontrak rumah habis, karena kami mengontrak per 2 tahun.
Sayangnya pemilik rumah menaikkan harga kontrak hampir 2 kali lipat dikarenakan mereka butuh uang untuk biaya perawatan rumah sakit. Kami menawar harga namun ditolak. Akhirnya kami menego bisa menyewa sebulan sambil mempersiapkan pindahan ke kontrakan rumah kedua dan memulihkan fisik paska melahirkan.
Daftar Isi
Berdinding Bilah Bambu, Berlubang dan Ular Masuk Rumah
Bulan kedua tahun 2007 mulai kami boyongan ke rumah kontrakan kedua. Karena terhitung masih keluarga baru, hanya 7 pick up bolak balik mengangkut barang. Rumah ini ada di perkampungan dekat pusat kota Bondowoso. Jadi dekat dengan kantor pemerintah daerah, tempat saya mengabdi.

Saat mengontrak di sini, pada dua bulan pertama yang dilakukan memperbaiki rumah seperti memperbaiki pintu, memperkuat dinding bilah bambu, membuat pagar belakang, dan menutup bagian bawah area dapur dikarenakan bilah bambunya tidak menutup hingga ke lantai.
Rumah kuno ini memanjang lebih 30 m dengan halaman belakang cukup luas yang menyatu dengan kebun berpohon tinggi dan sungai setelahnya. Kamar mandi terpisah dari rumah. Kamar mandi semi permanen ini ada di bawah pohon kedodong.
Jika malam hari ke kamar mandi, rasanya seperti horor. Kadang ada tupai dan burung hutan seperti burung hantu dengan mata menyorot tajam. Ulat bulu bermunculan setelah pohon kedondong berbuah. Yang paling ngeri, pernah ada ular masuk ke kamar mandi dan dapur. Ada 3 ekor lagi! . Tiga tahun kami mengontrak di sini.
Pada tahun ketiga, sebagian dinding bambu sudah dimakan rayap. Angin malam yang dingin menyusup melalui lubang – lubangnya.
Berita Baik Itu Datang
Awal tahun 2009, seorang saudara mengabarkan ada perumahan baru bersubsidi. Rumah ini tipe 21 dengan luas 72 m2 dengan lebar depan 6 m. Uang mukanya cukup murah 1,5 juta di tahun itu.
Aha! Inilah kesempatan baik bagi kami untuk membeli rumah pertama dan tidak mengontrak rumah lagi. Aman dari ular dan ulat bulu!.
Beruntung kami mendapatkan rumah tipe 21 dan ada tambahan panjang 9 m. Nah, rumah dengan ukuran 6 x 21 m inilah yang kami pilih.
Kami-pun pindahan dengan barang yang diangkut jauh lebih banyak dari sebelumnya. Ada 15 kali pick-up, bolak balik.
Anak sulung begitu senang tinggal di rumahnya sendiri. Pertama kali masuk ke rumahnya, dia berkomentar ,” Dindingnya tidak berlubang lagi, bunda “.

Membeli Rumah dan Membangunnya
Sebelum menempati rumah yang baru dibeli secara kredit melalui bank BTN, kami memperbaiki rumah pertama tipe 21 ini. Sembari tinggal di rumah ini secara bertahap menyempurnakan kondisi rumah sesuai dengan impian kami.
Rumah ini berkembang menjadi rumah 2 lantai yang cukup luas, dimana kami sekeluarga sangat leluasa bergerak di dalamnya.

Rumah Impian Adalah…
Di awal menikah, dan terlebih sewaktu mengontrak rumah, saya memiliki impian mengenai rumah. Ya, rumah pertama saya. Bagi saya, rumah impian adalah :
1. Tempat anak – anak bisa belajar, bermain dan mengaktualkan dirinya. Anak – anak diberi kebebasan menggambar dan menempelkan hasta karyanya di dinding. Apalagi anak sulung, motorik halusnya lemah. Jadi dinding menjadi media latihannya pada awal sekolah dulu.

2. Tempat kami menyimpan koleksi buku dan majalah. Saya, suami dan anak – anak memiliki koleksi buku dan majalah. Jika ditotal, jumlahnya ribuan biji. Dengan rumah yang cukup lapang, buku – buku tersebut bisa disimpan dengan baik.
3. Tempat saya melepas lelah.
4. Tempat saya membuat konten blog.
5. Tempat kami mendokumentasikan kenangan travelling untuk menyemangati hidup.
6. Tempat kami bisa leluasa berinteraksi dengan sesama warga dalam posisi yang sejajar.
7. Tempat saya untuk menjernihkan pikiran sembari menikmati pemandangan alam.

Ada Jutaan Orang Seperti Saya
Sekarang saya sudah memiliki rumah pertama dengan bantuan fasilitas dari pemerintah. Ternyata, ada banyak masyarakat yang belum memiliki rumah, atau sudah memiliki rumah namun belum layak huni. Saya bisa melihatnya di lingkungan sekitar perumahan, atau di kota Bondowoso ini.
Kenaikan harga rumah yang lebih tinggi dari inflasi memunculkan kekuatiran atas kemampuan masyarakat memiliki rumah, terutama generasi millenial. Saat ini ada 81 juta generasi millenial atau 31 % populasi penduduk Indoensia belum memiliki rumah. Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan, Kementerian PUPR, Khalawi Abdul Hamid mengatakan generasi ini menghadapi hambatan membeli rumah di masa depan.
Tiga faktor hambatannya adalah :
- Berdasarkan survey di 17 kota / kabupaten, generasi millenial mengeluarkan lebih dari 50 % pendapatannya untuk keperluan konsumtif.
- Kenaikan harga rumah yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan upah. Dalam 10 tahun, harga rumah naik hampir 40 %.
- Suku bunga pinjaman tidak sesuai.

Pemerintah Hadir Mewujudkan Rumah Impian
Menghadapi fakta di atas dan juga masih banyaknya masyarakat belum memiliki rumah dan rumah layak huni, pemerintah melalui Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berkomitmen menyediakan dan meningkatkan kualitas perumahan layak huni bagi masyarakat, terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah (selanjutnya ditulis MBR).

Ada 4 program yang sudah dan sedang dilaksanakan. Dari website https://perumahan.pu.go.id dan https://www.pu.go.id, kita bisa mengetahui program yang dijalankan tersebut. Saya tuliskan garis besar diantaranya.
1. Rumah Susun (Rusun)
Contoh rumah susun (rusun) dan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) yang sudah dibangun adalah Rusunawa STKIP Muhammadiyah di keluarahan Mariat Pantai Distrik Aimas Kabupaten Sorong. Rusunawa ini dihuni 150an mahasiswa dalam 37 kamar atau setiap kamar dihuni 4 orang. Dana yang dikeluarkan Rp 16 Milyar.
Rusunawa di Desa Tembok Rejo Kelurahan Purworejo Pasuruan Jawa Timur berjumlah 70 unit. Rusunawa tipe 36 ini ini berlantai 5 dibangun di atas lahan 15 ribu m2.

2. Rumah Khusus (Rusus)
Ada 50 unit Rusus tipe 36 dengan sarana dan prasarana lengkap dibangun di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat untuk masyarakat yang terkena dampak pembangunan pemerintah. Sebagian besar penghuninya adalah pekerja kayu dan pencetak batu bata.
Di tempat lain, rusus nelayan dibangun di Desa Tanjung Kecamatan Bunguran Timur Laut Kabupaten Natuna tahun 2018 di atas lahan 1,1 Ha. Ada 50 unit dengan tipe 28 rumah.
Selain dua lokasi di atas, pembangunan rusus juga dilakukan seluruh propinsi dengan peruntukan bagi pegawai di daerah perbatasan, relokasi rumah akibat bencana, relokasi rumah dari dampak pembangunan dan nelayan.

3. Bantuan Stimulan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum (PSU)
Pemerintah memiliki target pembangunan sejuta rumah. Bantuan PSU dibuat sebagai stimulan untuk pelaku pembangunan rumah untuk mencapai target itu. Sasarannya adalah seluruh lapisan masyarakat, terutama MBR, bisa mendapatkan rumah layak huni berkualitas.
Di tahun 2020 ini, pemerintah mengalokasikan dana 202 milyar rupiah untuk membangun 22.500 unit rumah PSU, setelah sebelumnya dalam kurun 2015 – 2019 membangun sebanyak 119.695 unit rumah.
4. Bedah Rumah Padat Karya Tunai atau Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS)
Pada bulan Juli lalu, kementrian PUPR memberikan BSPS sebanyak 1.350 rumah tidak layak huni (RTLH) di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Melalui bantuan ini diharapkan rumah tidak layak huni menjadi rumah layak huni. Di kabupaten Ciamis, Sebanyak 200 unit rumah tidak layak huni mendapatkan bantuan Rp 17,5 juta per unit rumah. Ada 17 kabupaten / kota di Jawa Barat menjadi bagian program bedah rumah dengan sebanyak 13.902 unit dengan total anggaran Rp 243,28 Milyar.

Contoh lain di propinsi Sulawesi Tengah. Di propinisi ini ada 4000 unit rumah tidak layak huni yang mendapatkan bantuan. Sebarannya, Kota Palu 171 unit, Kabupaten Tojo Una-Una 562 unit, Kabupaten Morowali Utara 349 unit. Kabupaten Buol 100 unit, Kabupaten Parigi Moutong 954 unit, Kabupaten Banggai Kepulauan 260 unit, Kabupaten Morowali 488 unit, Kabupaten Banggai 616 unit dan Kabupaten Poso sebanyak 500 unit.
Selain dua propinsi di atas, program BSPS ini juga dilakukan di propinsi lain.
Manfaatkan Bantuan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR)
Presiden Jokowi di tahun 2020 ini mengeluarkan kebijakan bantuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bagi MBR. Bantuannya berupa pengalokasian dana untuk Subsidi Selisih Bunga (SSB) dan Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM).
Melalui SSB bunga angsuran KPR hanya 5% per tahun selama 10 tahun. Dan melalui SBUM, masyarakat mendapatkan tambahan uang muka KPR sebesar 4 juta rupiah. Khusus untuk Provinsi Papua dan Provinsi Papua Bara, tambahan uang muka KPR sebesar 10 juta rupiah.Ditargetkan ada 330 ribu rumah tangga memanfaatkan fasilitas tersebut.
Untuk operasionalnya menggunakan Bank BTN, Bank BNI, dan Bank BRI, termasuk bank lain dan bank daerah yang ingin bekerja sama.
Rumah Impian Adalah Tempat Saya Berlabuh
Ada masa selama 1,5 tahun saya berjarak dari rumah dikarenakan tugas belajar melanjutkan S2 di Surabaya. Selama kurun ini, saya mengusahakan untuk pulang setiap akhir pekan, untuk mengunjungi keluarga dan tentu saja rumah.
Karena rumah impian adalah tempat saya berlabuh, mengistirahatkan diri dan kembali lagi menjalani hidup bersama dengan keluarga yang amat saya cintai. Karena rumah impian adalah tempat ketenangan hidup, keseruan dan kehangatan keluarga.

Baca tulisan lainnya :
Momblogger, penulis buku, pebisnis online, trainer dan pembicara publik. Tema-tema green, health, pola makan sehat, travelling, teknologi dan pendidikan adalah topik yang diminatinya.
Pelatihan yang sudah dan sedang dilakukan adalah teknik penulisan artikel untuk blog, artikel untuk media massa, penulisan buku dan untuk review produk. Pelatihan lain yang juga diadakan adalah cara melangsing. Semua jenis pelatihan tersebut dikolaborasikan dengan buku.
Informasi lengkap profil bisa dilihat di facebook , instagram saya atau https://www.widyantiyuliandari.com/about-me
Kisah yang menarik. Saya termasuk generasi milenial yang belum punya rumah. Ingin punya rumah apa daya gaji tidak cukup. Pilihannya ya tinggal sama ortu dulu.
Ada pilihannya dengan cara KPR atau Kredit Kepemilikan Rumah. Mumpung masih tinggal sama orang tua, jadi bisa menghemat banyak biaya pengeluaran pribadi. Terima kasih sudah berkunjung di blog ini 🙂
Senang sekali ya Mbak bs punya rumah sendiri. Sebagai PNS tentu gak kesulitan untuk dapat KPR.
Kalo kerja serabutan dgn gaji gsk tentu, aplgi srkarang. Gmn bs tembus KPR?
Kalau yang saya baca ada subsidi uang muka atau bunga cicilan KPR. Untuk bisa tembus KPR, bisa ditanyakan langsung pada bank yang bersangkutan.
Saya bisa membayangkan betapa seramnya ada ular masuk ke rumah. Lha ini yang singgah ke rumah mbak malah ada tiga ekor. Dulu saya pernah tinggal di rumah kompleks yang masih banyak semak-semaknya. Waktu ada ular masuk garasi depan aja sudah serem. Ohya saya termasuk generasi milenial yang masih berjuang untuk punya rumah sendiri. Baca tulisan mbak jadi memberi semangat kepada diri sendiri. Suatu ketika impian akan terwujud.
Iya emang serem banget ada ular masuk rumah.
Btw, semoga rumah impiannya segera terwujud. Aamiin.
Home sweet Home ya mba. Masya Allah, mengikuti perjalanan mba Wid punya rumah impian pertama seru juga ya. Bismillah semoga sayapun bisa menyusul punya rumah impian
Aamiin….
Cerita mba mengingatkan pada pengalaman saya sendiri. Sebelum memutuskan untuk membeli rumah sendiri, punya pengalaman mengontrak dgn segala problematika hidup 😅 Alhamdulillah skrg sudah lebih nyaman lahir batin di rumah sendiri..
Alhamdulillah, emang yang terbaik tinggal di rumah sendiri 😀
Perjalanan panjang untuk bisa memiliki rumah impian ya.
Senang bagi yg punya tempat tinggal sendiri.
Alhamdulillah, saya tinggal di kampung, harga tanah masih terbilang murah. Hasil ngeblog sudah bisa beli tanah ribuan meter adalah pencapaian luar biasa bagi saya.
Investasi dalam bentuk rumah dan tanah juga tidak ada matinya ya.
Rumah memang kebutuhan pokok, karenanya harus diupayakan. Apalagi harganya terus naik.
Kalau menurut gw sih rumah impian itu rumah yg gak pernah kebanjiran. Karena rumah gw selalu kabnjiran 😀
Terharu sama pemerintah, Mbak
Semua orang diusahakann bangett punya tempat tinggal entah itu rusun atau perumahan rakyat, bahkan yg rumahny enggak layak karena udh rusak dapat bantuan
Keren
Semoga akan semakin banyak masyarakat yg merasakan manfaat ini
Harapanny semua orang bisa punya rumah yg layak huni
Suka sedih kalau lihat bapak2/ibu2/kakek2/nenek2 yg ada di kolong jembatan 🙁
Adanya warga yang terlantar dan tinggal di tempat fasilitas umum menimbulkan masalah sosial baru. Bukan hanya untuk orang dewasa dan tua saja, tetapi juga untuk anak dan remaja. Masalah pendidikan dan lingkungan yang sehat, misalnya.
Rumah memang kebutuhan pokok juga menurutku. Tempat tinggal yang layak akan menunjang pola didik, pola asuh yang seharusnya untuk anak. Saya juga masih tinggal di Rusunawa nih. Lingkungannya bersih dan aman.
Benar bahwa tempat tinggal yang layak dan lingkungan sekitar yang kondusif penting sekali untuk pertumbuhan anak
wah semoga dengan program pemrintah ini semakin banyak masyarakat yang merasakan kemudahan mendapatkan rumah ya mbak wid
Aamiin. Sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah memberikan kemudahan bagi warganya untuk mendapatkan rumah.
Ah benar ya mbak..
Punya rumah sendiri itu adalah impian semua orang ya mbak
Senang sudah punya rumah sendiri
Iya seneng banget dong. Lebih bebas dan tidak was-was jika dibandingkan kalau mengontrak rumah
Masya Allah, perjuangan keluarga mendapatkan rumah memang berbeda-beda. Semoga ada jalan dan rejeki juga buat saya dan keluarga menyusul
Aamiin. 🙂
Selalu menjadi impian setiap orang untuk punya rumah sendiri ya mbak, karena memang akan terasa lebih nyaman dan leluasa kalo dirumah sendiri tuh. Semoga kita semua akan selalu dimudahkan, aamiin
Ya memang punya rumah sendiri lebih nyaman dan aman.
Aamiin 🙂
Saya pernah 5 tahun jadi kontraktor, so I feel you, Mbak.
Alhamdulillah sekarang bisa menempati rumah sendiri.
Yes, banyak kendala di luar sana untuk saudara2 kita yang masih belum memiliki rumah sendiri.
So, terobosan dari pemerintah dengan program di atas bagus banget. Saudara saya sendiri jadi bisa punya rumah karena ikut program rumah bersubsidi. Program rusun juga bagus, tuh.
Program pemerintah di atas menjadi solusi bagi puluhan juta warga negara yang belum punya rumah, dikarenakan banyak kendala. Sebagian sudah memiliki rumah, dan masih banyak yang belum punya.
Perjuangan yang berbuah manis ya mba. Awal berumah tangga memang perlu prihatin ya mba. sedang merasakan itu biar segera punya rumah impian. Rumah impian yang didalamnya nyaman untuk berkespresi dan berkarya. Aaaa
ya bener banget. Awal – awal emang prihatin banget 😀
Mbaaak, pemandangannya bagus bangeeet. Aku pun merasa terbantu dengan adanya KPR rumah sederhana bisa punya rumah sendiri, eh rumah suami ding karena dia mulai KPR beberapa bulan sebelum nikah hehehe. Walaupun jarang ditempati karena kami nggak tinggal di kota itu lagi dan banyak yang harus dibenerin karena sudah ditinggalkan 8 tahun tetap aja rasanya aman punya rumah sendiri.
Emang bagus pemandangan pegunungannya