Namanya juga emak-emak, kalau ketemu ya pasti rumpi syantik. Kalau enggak ngobrolin makanan, kok rasanya ora gayeng. Wkwkwk. Begitulah perempuan, hobi makan cita-cita langsing. Cocok! Demikian pula saat saya ketemu Mbak Avy siang itu, yang di-rumpiin ya makanan.
“Teri balado di Maxone, lo, uendess!” Kata Mbak Avy.
Saya agak skeptis. Jarang banget saya menemukan hotel yang masakan tradisionalnya enak dan ditampilkan dalam citarasa aslinya. Biasanya sudah banyak sekali penyesuaian di sana-sini yang bikin rasanya cenderung datar.
Sayangnya siang itu saya belum beruntung bertemu si teri balado, namun kata-kata Mbak Avy nyata terbukti setelah saya mencicipi ayam taliwang dan sejumlah masakan lainnya yang tersaji buffet siang itu. Ayam taliwangnya bukan hanya hot, rasa dan aroma rempahnya sangat terasa. Sambal bawangnya pas pedasnya dan weeeenak tenan. Begitu pula saat saya mencicip ketoprak, sausnya betul-betul pas di lidah saya.
Betapa beruntungnya kami siang itu (saya bukan hanya bersama Mbak Avy, namun juga beberapa ciwi-ciwi BLITZ Community Surabaya), Sang Chef berkenan meluangkan waktu sejenak untuk berbincang dengan kami. Selain share tentang konsep menu di Maxone beliau juga membagi rahasia masakan super endessnya.
Masakan di sini konsepnya adalah perpaduan tradisional modern sebenarnya. Untuk pelaku pola makan sehat seperti saya juga tak perlu khawatir karena di sini selalu tersedia buah juga raw veggies baik berupa salad maupun menu lain seperti yang saya temui siang itu. Jika menginginkan smoothies atau veggie juice, Anda juga bisa order, lo.
Menu yang disajikan selalu berganti setiap hari, dari berbagai jenis bahan dasar dan jenis masakan. Misalnya ada sup dengan rumput laut, ada ikan yang dimasak dengan dibungkus daun pisang lalu dimasukkan ke dalam bambu, hmmm…. kebayang sedapnya.
“Jangan melakukan shortcut saat memasak!”
Demikian Chef Hernanto membagi rahasia masakan lezatnya. Memasak masakan tradisional misalnya, rempah-rempah harus lengkap dan tepat jenisnya. Jangan dikurangi atau diganti. Begitu menurut beliau. Penggunaan bahan utama berupa daging juga harus tepat mengolahnya. Daging harus dimasak dalam temperatur rendah agar empuknya tepat. Wow, ini saya baru tahu. Soalnya saya sangat jarang memasak protein hewani. Memasak daging merah saya hanya lakukan sekali atau dua kali dalam setahun, saat Hari Raya Kurban. Memasak ayam juga paling sekali dua kali dalam sebulan. Dan memang saya sering merasa, masakan ayam saya seringkali terlalu empuk. Mendekati hancur. Haha…..
Mumpung ketemu Chef baik hati, sekalianlah saya bertanya.
“Chef, saya jarang sekali masak protein hewani. Bagaimana mengolah protein nabati misalnya jamur?”
Beruntung siang itu chef juga mau share tips masak jamur, khususnya jamur Shintake. Nah pada saat soaking menggunakan air panas, jangan lupa masukkan sejumlah bumbu. Bisa apapun sesuai selera atau masakan yang dibuat. Misalnya bawang putih atau bahkan annistar. Biarkan sampai air perendam tersebut hangat, baru tiriskan dan jamurpun siap diolah.
Chef menyampaikan, bahwa jika mengolahnya tepat, meski jamur adalah protein nabati, namun rasanya sangat mirip dengan daging ayam. Setuju banget, saya chef. Karena saya terhitung sering masak jamur. Dan ya selalu hanya ada dua kemungkinannya, enak dan enak banget! Haha….
Ada lagi nih tips dari Chef Hernanto, jangan ganti gula merah dengan gula putih. Jika resep memang seharusnya menggunakan gula merah ya gunakan gula merah. Gulmer memiliki rasa manis yang sifatnya mengikat. Oh… pantas kalau makan sesuatu dengan pemanis gula merah itu rasanya beda banget ya. Kaya ada gurih-gurihnya gitu. Saya sendiri sering menggunakan gulmer untuk pemanis pada berbagai masakan seperti saat bikin bumbu bali, juga sambal. Menjadi lebih sedap dan mantap memang.
Satu lahi tipsnya, jangan gunakan micin alias MSG saat memasak masakan tradisional, menurut Chef itu merusak citarasanya dan tidak akan padu dengan rasa dari rempah-rempahnya. Betul Chef, kalau ini saya setuju pakai bingits. Ini juga saya pelajari dari almarhuman nenek saya yang anti banget pakai micin, dan terbukti masakan beliu enaaaaaak. Demikian pula dengan ibu.
Jadi begitu tips masak enak ala Chef Hernanto. Kalau teman-teman suka, atau tidak terlalu hobi masak tetapi at least bersedia memasak di rumah, tips di atas bisa dicoba. Tapi jika teman-teman tidak suka memasak dan emoh masak namun tetap ingin merasakan masakan yang endess seperti yang saya coba di Maxone, teman-teman bisa datang ke Cardamom Bistro di Maxone Hotel Dharmahusada Surabaya, ini. Kalau mau mentraktir saya di sana juga boleh kok. Tentu saya terima dengan senang hati. Eyalah…. namanya juga anak emak kos.
MaxOneHotels.com @Dharmahusada
Jl. Dharmahusada No. 189, Surabaya 60285
T. +62 31 595 7258 F. +62 31 595 7259
Baca tulisan lainnya :
Momblogger, penulis buku, dosen, trainer dan pembicara publik. Tema-tema green, health, pola makan sehat, travelling, teknologi dan pendidikan adalah topik yang diminatinya.
Pelatihan yang sudah dan sedang dilakukan adalah teknik penulisan artikel untuk blog, artikel untuk media massa, penulisan buku dan untuk review produk. Pelatihan lain yang juga diadakan adalah cara melangsing. Semua jenis pelatihan tersebut dikolaborasikan dengan buku.
Informasi lengkap profil bisa dilihat di facebook , instagram saya atau https://www.widyantiyuliandari.com/about-me
Iya sih, aku selalu cari masakan internasional kalau di hotel karena masakan tradisionalnya sering biasa aja.
Setuju banget untuk daging.
Pernah nonton chef Ray Jansen di KokikuTV youtube waktu dia masak rendang.
“… kalo gak sabar gak usah masak rendang!”
Hahaha, aku ‘tersenggol’ banget
Masak rendang itu minimal 6jam gitu menurut Chef ganteng ini, agar daging lembut dan bumbu meresap sempurna.
Terbukti, sejak saat itu rendangku selalu dinanti keluarga kecilku.
Banyak dapat ilmu dari tulisan ini, mba.
Terima kasih yaaa…
Wah,makasih tipsnya sudah dibagi di sini, Mbak. Saya catat dalam hati 🙂
Aku bukan vegetarian, cuma meminimalkan makan daging merah dan sea food karena badan selalu berontak.
Ada resep mengolah jamur nggak Mbak supaya jadi seperti daging gitu?