petualangan ke ijen

Petualangan Kawah Ijen (Bagian 2)

Share

Salam,

teman-teman, ini lanjutan tulisan Petualangan Kawah Ijen (Bagian 1) ya. Selamat membaca dan yang belum silakan bermimpi dulu bisa ke sana.

Kawah Berair Biru Itu…..

Saya mungkin cengeng. Setiap kali mengunjungi tempat-tempat yang menakjubkan, hampir selalu saya menangis. Teringat kebesaran-Nya. Begitu pula di tempat ini. Beberapa ratus meter sebelum kawah, dada saya rasanya sudah sesak. Sungguh Allah Maha hebat! Kami segera mengambil tempat di bibir kawah. Saya melepas mantel, karena rasanya gerimis mulai reda. Kami jatuh cinta. Terperangkap dalam pesona kawah ini. Indaaaahhhh….

Tidak terlalu lama kami di sini. Karena hari sudah sangat siang dan gerimis kembali datang. Saya khawatir hujan kemudian deras dan menyulitkan perjalanan turun. Jadi, puas menikmati keindahan Kawah Ijen, beres foto-foto dan sekadar mengganjal perut dengan sedikit cemilan, kami putuskan segera turun.

pemandangan alam di kawah ijen
Sang Ijen Dari Kejauhan

Perjalanan turun, tantangannya beda lagi. Kalau pas naik, yang berat adalah berjalan membawa beban di jalan menanjak, pas turun justru sebaliknya. Jalanan menurun curam, ditambah lagi tanah yang kita pijak sedikit berpasir, membutuhkan kehati-hatian agar tak terpeleset. Apalagi saat itu tengah turun hujan. Kak Asa mulai mengeluh ngantuk. Dia berjalan dengan mata sesekali terpejam, dan tangan menggandeng erat lengan ayah. Sesekali Ayah merasa berat, iyalah Kak Asa sudah 35 kg lebih beratnya. Digandoli anak segede itu, berjalan turun, pasti cukup berat juga.

Akhirnya Cheating Juga

Sebenarnya saya sama sekali tidak berniat cheating, meski ini hari libur. Tapi apadaya, kami kembali lapar, sementara bekal kami sudah habis. Memang membawa makanan untuk 4 orang hanya di 2 ransel plus perlengkapan lainnya, lumayan berat bagi kami. Akhirnya, saya berkompromi dengan diri sendiri. Okelah, cheating kita.

Mampir di warung dekat pos bunder, anak-anak meminta mie instan dalam kemasan. Karena belum tentu setahun sekali mereka makan itu, dan lagi tak ada pilihan makanan lain sementara perut sudah orkes-an, maka saya bolehkan. Tiga kemasan mie untuk 4 orang. Cukuplah sementara untuk mengganjal perut ini. Ayah dan anak-anak makan dengan lahap, sementara saya hanya makan beberapa suap saja. he..he… sudah kadung kurang mesra hubungan saya sama mie instan. Kalau enggak benar-benar lapar, mungkin saya tak akan makan.

“Aku bisa tidur, Bun, kalau nggak minum kopi”.

Si Bujang berkeras minta segelas white coffee. “Aku bisa tidur, Bun, kalau nggak minum kopi”, alasannya. Okelah, saya luluskan lagi. Biar dia semangat berjalan turun.

Berjalan Sambil Tidur

Alasan minta kopi agar tetap terjaga, ternyata hanya teori belaka. Si bujang, lagi-lagi jalan dengan mata merem. Bhuahahahah…. Ini sih, jangan-jangan modus aja dia minta kopi. Ujung-ujungnya tetap saja ngantuk!

Ayah beberapa kali menceritakan cerita-cerita lucu. Si Kakakpun tertawa terbahak-bahak heboh, lupa pada kantuknya. Sayangnya, cara ini tak bertahan lama. Kak Asa kembali ngantuk. “Udah dong yah ceritanya, aku ngantuk nih! Katanya. Hadeeeh… piye tho naaaak. Akhirnya saya dan suami secara bergantian menggandeng Kak Asa. Uhh…. Berat juga ya sulung saya ini. sambil berjalan, Badannya menyender ke saya. Matanya merem. Ha..ha… kelakuan.

Untunglah, perjalanan turun tak terlalu lama. Pos Paltuding akhirnya terlihat juga. Tujuan pertama kami adalah…. toiLeeeeeeeT! Saya minta anak-anak ganti baju. Kaus mereka sudah setengah basah oleh keringat dan air hujan yang masih masuk dari celah mantel yang mungkin tidak terpasang rapat. Beres urusan ke toilet. Kami langsung tancap gas, balik pulang.

Rute Perjalanan Dan Transportasi

Menuju ke Ijen bisa ditempuh dari dua jalur, bisa melewati Bondowoso atau Banyuwangi. Kalau dari arah Bondowoso, jalurnya adalah: Bondowoso-Wonosari-Tapen-Garduatak-Sukosari-Sempol-Paltuding.

Jika menggunakan kendaraan umum, dari Bondowoso bisa menggunakan bus yang ke arah Situbondo, berhenti di pertigaan Garduatak. Dari sini bisa menggunakan jasa ojek, atau pakai mobil angkutan umum berukuran besar yang disebut Bison oleh masyarakat setempat. Atau, bisa juga langsung naik Bison dari terminal Bondowoso. Jangan heran ya, angkutan ini mungkin nanti akan sering berhenti dan kadang menunggu. Biasanya, masyarakat daerah Sempol yang pakai angkutan ini, sudah janjian dengan sopir. Terkadang sopir masih menunggu penumpang yang masih berbelanja, atau kulakan di sekitar pasar Bondowoso.

Makanan Dan Minuman

Meski kita akan masuk hutan, jangan khawatir kelaparan. Di pos paltuding banyak sekali yang berjualan makanan. Atau, jika Anda datang dari arah Bondowoso, bisa berhenti di pasar Sukosari, ini kota kecamatan terakhir sebelum kemudian kita akan masuk hutan. Setelah mencapai Sempol, juga akan ada beberapa warung di pinggir jalan. Terutama di pusat keramaiannya yakni di sekitar perumahan karyawan PTP dan sekitar Terminal Sempol. Di pos masuk pertama juga tersedia café.

Hotel dan Penginapan

Ada beberapa pilihan jika Anda mau menginap. Kalau mau menginap di kota, pilihannya ya di Bondowoso dan Banyuwangi. Namun, dengan konsekuensi, perjalanan ke pos paltuding masih cukup jauh. masih dua jam perjalanan.

Jika ingin sekalian menginap di tengah suasana hutan atau perkebunan, bisa menggunakan penginapan yang dikelola PTPN XII, atau juga bisa di guesthouse yang ada di Paltuding yang kalau nggak salah dikelola Pemkab Banyuwangi. Di kawasan perkebunan dekat Ijen, ada beberapa penginapan mulai Guest House Jampit, Villa Nirwana Jampit, Pondok Wisata Jampit dan Arabica Homestay.

Menurut saya, yang paling menarik dan menjadi kekhasan tempat ini adalah Guest House Jampit. Tempat ini terletak di kawasan perkebunan kopi Kalisat dan Jampit, Sempol. Bangunanya berupa rumah kuno peninggalan zaman Belanda yang masih terpelihara keasliannya. Halaman luasnya ditumbuhi pepohonan super besar dan rindang serta bunga-bunga berwarna-warni. Suasanaya mirip sekali dengan di Eropa. Di guest house ini tersedia 4 kamar yang rate per roomnya Rp. 2.200.000 (Sumber : Brosur Villa Guest House Jampit).

guest house Jampit
Keren Tempatnya, Serasa di Eropa

Masih di kawasan yang sama, tersedia juga Villa Nirwana yang tarif kamar permalamnya adalah Rp. 1.100.000, atau mau yang lebih ekonomis lagi bisa menggunakan Pondok Wisata yang tarif per bednya hanya Rp. 50.000. Saya kurang jelas apakah yang terakhir ini mungkin berkonsep dormitory. Soalnya lihat ratenya kok murce bangeeet…

Di kawasan yang terpisah dari ketiga tempat di atas, ada juga Arabica homestay. Tempt ini langganan kantor saya kalau ada acara outing. Ada 3 katagori kamar yang tersedia yakni : VIP, standar dan ekonomi.

Mau sekalian camping? Ohh… bisa banget. Di Paltuding biasanya banyak juga yang mendirikan tenda. Bahkan jika khawatir tenda kita kehujanan, di sini juga tersedia semacam area bernaungan, di mana kita bisa mendirikan tenda tanpa khawatir kebasahan. Berbayar? Iya tentu. Namun sayang saya tak sempat mencari informasi saat ke sini. Baca juga: Menikmati Bondowoso Surga yang Terserak di Wonderful Indonesia.

Objek Wisata Sekitar Ijen

Di sekitar kawasan kawah ijen, ada beberapa tempat menarik yang bisa dikunjungi. Hanya berjarak beberapa kilometer saja dari paltuding, ada beberapa obyek menarik, diantaranya:

Perkebunan jampit – Banyak hal yang bisa dilihat atau dilakukan di sini. Melihat-lihat perkebunan sayur dan stroberi, dan sekalian petik stroberi di sini bisa. Ingin tahu proses panen hingga produksi kopi sekaligus mencicipi kopi ijen yang terkenal itu, juga bisa. Namun jangan lupa hubungi pihak pengelola dulu ya. Karena tak setiap saat panen dan produksi kopi. Setahu saya, panen kopi sekitar pertengahan tahun hingga bulan September.

Jika Anda kemari, jangan lupa borong oleh-oleh kopi arabica nya. Atau yang suka kopi lanang, di sini juga tersedia. Jangan lupakan mencicipi gurihnya macadamia. Disini juga tersedia macadamia mentah, yang sudah disangrai atau diolah bersama dengan coklat. Hmmm…. Yammeh! Kekurangannya, tempat ini minim papan petunjuk jalan. Jadi rajin-rajin bertanya agar tak tersesat.

Pemandian air panas – Kalau dari arah Sempol, lurus saja menuju arah paltuding. Nanti akan ada pertigaan, kalau ke kanan kita menuju paltuding, jika lurus akan sampai ke pemandian ini. sayangnya, obyek potensial ini masih kurang sentuhan pengelola.

Air terjun blawan Kawah wurung – Kawah wurung adalah destinasi yang baru-baru saja gencar dipromosikan oleh Pemkab Bondowoso. Ini adalah perbukitan yang sangat hijau ketika musim hujan. Maka disebutlah tempat ini sebagai Bukit Teletubbies.

Tips

• Jika ingin melihat sunrise yang super indah, disarankan datang sekitar bulan april. Menurut suami saya, pada waktu tersebut posisi matahari memungkinkan untuk dapat kita nikmati sunrise nya dari kawah ijen. Selain itu, bulan-bulan tersebut biasanya sudah jarang atau tidak hujan. Jadi, kemungkinan pandangan sunrise yang indah tertutup mendung sangat minim.

• Sediakan perlengkapan yang dibutuhkan, terutama jika berencana naik di malam hingga dini hari, jangan lupa sediakan senter. Juga jangan lupakan jaket yang memadai plus mantel, jaga-jaga jika hujan.

• Menurut beberapa teman, jika datang di puncak musim kemarau, suhu udara akan sangat dingin di sini. Jadi siapkan pula sarung tangan, topi, dll yang bisa menahan udara dingin. Kemungkinan juga dibutuhkan pelembab untuk kulit berikut lip balam, agar kulit terjaga kelembabannya.

• Bawa kantong plastik bekas. Gunanya? Untuk tempat sampah yang dihasilkan selama pendakian. Jadi meski di sana tersedia tempat sampah, seperti saya ceritakan di tulisan bagian 1, alangkah baiknya jika kita bertanggung jawab terhadap sampah kita sendiri.

• Waspada. Meski jalur pendakian terhitung enteng, tetap perlu kehati-hatian. Di beberapa bagian ada titip-titik yang mudah longsor. Jurang juga cukup dalam dan ketika hujan menjadi sangat terbatas jarak pandang.

Nah, rasanya saya udah terlalu panjang nulis tentang Kawah Ijen ini. Hayuk siapa yang mau ke sini, jangan lupa kabari saya. Siapa tahu kita bisa kopdaran dalam dinginnya udara gunung sambil nyeruput wedang jahe panas dan ngemil pisang rebus. Asoyyy ….

Salam hangat dari Kota Tape 🙂

Share

35 thoughts on “Petualangan Kawah Ijen (Bagian 2)

  1. Kawah Ijen, objek wisata yang gagal saya kunjungi di tahun 2015 kemarin. Waah Alhamdulillah mbaknya bisa sampai kesana.

    Itu guesthouse baru saya lihat juga di salah akun instgram teman. Tempatnya kayaknya menarik ya. Asri sekali kelihatannya. Keren arsiteknya bernuansa jaman Belanda kuno dulu, masih terawat dengan baik juga. Jadi pengen segera kesana, ke kawah ijen dan menginap di guesthouse itu.

  2. waah itu kok beda banget harga villanya 1 jutaan dan 50 ribuan??

    di lokasi yang sama. fasilitasnya jomplang banget kaha tau bagaimana mak..
    waah kebayang deh di Ijen trus dpt sunrise …
    smogaaa aku juga bisaa *amin

  3. Kawah Ijen ini emang terkenal banget ya, udah masuk di semua itinerary tujuan wisata Indonesia. Suatu hari pengen ke sana! Amin! 

    1. Datengnya pasti sekitaran pertengahan tahun ya, Mas? At least masih kemarau. Masa di mana blue fire konon lebih mudah diamati. Tapi dingin minta ampun…… Kalo ke sinndang lagi, kabar-kabarin Mas. Kopdar lah kitah. Pengan lah aku ketemu bloher femes macam Mas Toro.

      Oya, kalo ke sini pake jaket mas. Celana,baju tebel. Jangan cuma pake kancut doang. Muahahhahah….

       

  4. Mbak mau tanya nih, saya sama temen" bulan depan tanggal 4 mau ke kawah ijen, tapi denger" kabar kalau pendakian d tutup ? Soalnya musim hujan. Kalau misalnya musim hujan apa memang benar pendakian d tutup ? Kalo hujan apa bisa juga daki mlem" biar liat juga blue fire nya hehe

    1. Kalau setahu saya, bukan ditutup ya. Karena ini pas saya naik juga sudah masuk musim hujan. Hanya, kalau pas puncak-puncaknya hujan, tentu isiko mendaki nmenjadi lebih tinggi. Apalagi jalurnya curam dan sedikit berpasir.Kalau hujan makin besar risiko terpleset. Kalau yang saya baca di papan himbauan di pintu masuk, musim hujan dilarang turun ke kawah. Karena dikhawatrkan lereng kawah licin dan terpeleset.  Kalau soal blue fire pas musim hujan, saya kurang paham mas. Begitu info yang saya tahu. 

  5. Tahun 90an saya trekking Ijen beberapa kali dengan jalur tanah. Shubuhan di kawah memang sesuatu banget. Mak deg gitu……… Terakhir pertengahan 2015 saya trekking dengan keluarga. Jalurnya sudah berpasir, berdebu dan ramai. Kadang rindu juga ijen yang lama…. hehehe…. #Salam Idjo mbak Wid…. 

  6. Salam kenal Mba Wyd,

    Jika sy berencana ke kawah Ijen dengan membawa 3 anak, umur 11 th, 9 th, dan 5 thn apakah memungkinkan?
    Tips apa buat anak2 utk trekking

    Brp usia anak2 Mba saat ke Ijen?

    Terimakasih sebelumnya

    1. Salam kenal kembali, Mbak.
      Memungkinkan atau tidak, juga tergantung pada kesiapan anak-anak dan orang tuanya. Anak-anak saya ketika ke Ijen usia 8 tahun dan 10 tahun. Yang kecil anaknya aktif, tidak ada masalah sama-sekali. Kakaknya yang rada doyan mager, yang ngeluh terus. Putra teman saya dari jerman, kapan hari ke ijen juga, dalam usia 6-7 tahun. Ada teman dari Surabaya bawa anak-anaknya juga ke Ijen tempihari, lebih kecil lagi, yaitu 4-5 tahunan.

    1. Kalau stamina kita bagus, jalan terus dengan sangat sedikit berhenti, satu jam lebih sedikit udah bisa sampai. Tapi kalau banyak istirahatnya, dua jaman lah Mbak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!