Sejak saya menerapkan food combing dan akhir-akhir ini semakin sering men-share tentang pola makan yang saya jalankan ini, ada saja yang bertanya, “untuk pola makan seperti itu butuh berapa duit belanjanya mbak?” Begitu kira-kira.
He..he….kalau saja pikir sih relatif ya. Karena saya tinggal di kota kecil, bisa dibilang desa, dan tempat tinggal saya ini sangat agraris, jadi harga buah rata-rata cukup murah. Dengan catatan, ya pilih buah lokal. Buah yang dihasilkan dekat-dekat saja, bukan dari negeri nun jauh disono.
Sebenarnya, pola makan food combining itu simpel dan sangat fleksibel. Penerapannya tak kaku. Misalnya begini, untuk jeniper di pagi hari. Memang sebagian FC-er menyatakan lebih sreg menggunakan lemon. Eh, lemper doong jadinya. Nah, kalau mau murah ya jangan memaksakan harus lemon apalagi lemon impor. Jeruk nipis lokal ajah. Murah kok. Mau lebih murah lagi? Bisa! Asal Anda siap mengalokasikan waktu dan tenaga lebih. He..he tanem aja sendiri. Gitu kali ya. Saya juga udah nanam, belon buah tapi. Dan sudah keburu mati, pula! Derrr
Untuk sarapan buah, ini yang sering dikeluhkan beberapa teman. memang, semurah-murahnya buah, terkadang masih dirasa lebih mahal daripada sarapan sepiring nasi. Tapi coba yuk kita hitung ulang, seberapa mahal sih? Dan apakah sudah tak dapat disiasati? Dan, jangan-jangan dengan pengeluaran bertambah di satu pos, yaitu belanja dapur, tetapi kita bisa melakukan penghematan di pos lain, misal anggaran buat ke dokter dan beli segala macam obat-obatan dan suplemen.
Coba kita bandingkan dua kondisi ini,
Sarapan buah sehari-hari saya di rumah
Contohnya:
- Satu buah pepaya ukuran kecil : Rp. 5.000
- Satu kilogram salak : Rp. 10.000 (harga rata-rata)
- Satu sisir pisang ukuran kecil : Rp. 10.000 (harga paling tinggi)
Totalnya Rp. 25.000. Ini buat sehari satu keluarga terdiri dari 4 orang. Karena suami dan anak-anak juga sarapan buah. Jadi satu orang hanya 6 ribu sekian kan untuk sehari sarbu. Lah nasi pecel sebungkus paling murah juga 6 ribu lo, di tempat saya. Apalagi kalau banyak maunya, minta tambah perkedel, tambah dendeng, dsb, bisa jadi 15 ribu. Lahh ya masih murah sarapan buah ternyata 😀
Sarbu saat kami travelling ke kota lain
Saat travelling, sedapat-dapatnya kami masih mengusahakan sarbu. Bedanya, kami beli di supermarket, contohnya seperti ini:
- ¼ buah semangka ukuran besar : Rp. 8.000
- 1 kg jeruk baby santang : Rp. 16.000 (lagi diskon)
- 1 kg buah pear : Rp. 17. 000 (sepertinya juga lagi murah)
Totalnya Rp. 41.000, jadi seorang habisnya sekitar sepuluh ribu sekian. Lebih mahal ya, daripada pas sarbu di rumah. He..he…. Tapi bagaimana kalau makan nasi aja? Ha..ha…ternyata sama aja, seporsi nasi gudeg itu loh ya sekitar sepuluh ribu rupiah juga.
Kondisi setiap daerah memang tak sama. Ada juga daerah tertentu yang katanya harga buahnya luar biasa mahal. Misal, ada teman pernah bercerita. Di daerahnya harga buah yang masih masuk akal adalah buah pisang, sedangkan buah yang lain amit-amit mahalnya. Ya sudah, dalam kondisi ini, berdamai saja dengan keadaan. Sesuaikan dengan kemampuan. Variasikan saja sesekali dengan buah lain meski porsinya masih dominan pisang.
Pada umumnya sih, budget sarapan buah bisa ditekan dengan cara: berbelanja di pasar tradisional dan jangan lupa milikilah kemampuan menawar. Beli buah lokal saja dan utamakan buah yang sedang musim.
Ada pula teman yang mengaku dulunya hanya mampu sarapan buah satu ronde. Jadi dia makan seporsi buah di pagi hari. Setelah itu, saat jam 9-an perutnya kembali lapar, dia baru mampunya mengganjal dengan sayur-sayuran. Secara umum, di banyak daerah harga sayur memang lebih murah,kan. Seribu rupiah sudah dapat seikat kangkung. Kalau di tempat saya satu kilogram ketimun hanya seharga 4-5 ribu rupiah, bahkan saat musim bisa-bisa hanya 3 ribu saja.
Memang belum ideal, tetapi setidaknya kan tidak “melawan” aturan food combining. Nikmati saja apa yang bisa kita usahakan. FC tak harus selalu sarapan buah warna-warni tujuh rupa. Food Combining tak harus selalu mengudap smoothie bertabur aneka seed, tak juga harus melahap raw food veggie berupa aneka sayuran mahal. Mari kita nikmati saja apa yang ada dengan penuh syukur!
Bagaimanapun, kalau bagi saya tetap lebih berkah dan weeeeenak, makan sederhana tetapi tetap diusahakan sesehat mungkin, daripada makan dengan menu super ideal tapi hati kebat-kebit mikirin, duit belanja ntar cukup gak yaaa ? Ha..ha… emak-emak banget.
Oh iya. Jangan lupa juga untuk menilai aspek efisiensi yang dihasilkan dari melakukan FC. Baik dari sisi biaya maupun benefit yang tidak terukur dengan rupiah. Maksud saya begini, misalnya setelah FC jadi sehat, maag sembuh, gak pernah atau jarang pusing, sakit juga hanya setahun sekali dua kali, gak pernah lagi jerawatan, nyeri haid hilang, muka kinclong tanpa ke salon, etc.
Coba dong hitung, berapa penghematannya mulai dari yang biasa buat beli obat beli suplemen ini-itu, bayar dokter, bla…bla… Nah,bagaimana dengan nikmatnya sehat? Wahhh…itu susah dinominalkan sodara! Jadi, masih bingung mau FC atau tidak hanya gara-gara memikirkan biaya?
Baca tulisan lainnya :
Momblogger, penulis buku, dosen, trainer dan pembicara publik. Tema-tema green, health, pola makan sehat, travelling, teknologi dan pendidikan adalah topik yang diminatinya.
Pelatihan yang sudah dan sedang dilakukan adalah teknik penulisan artikel untuk blog, artikel untuk media massa, penulisan buku dan untuk review produk. Pelatihan lain yang juga diadakan adalah cara melangsing. Semua jenis pelatihan tersebut dikolaborasikan dengan buku.
Informasi lengkap profil bisa dilihat di facebook , instagram saya atau https://www.widyantiyuliandari.com/about-me
Baca buku dan postingan2 mbak widyanti tu rasanya FC asyik banget dan ga terlalu susah tp mbuh kok blm mulai jg..padahal aku doyan bgt buah n sayur..cuma skr mkn buah pas malam .. salah ya :p
Mbak Muna yang uayuuu menik-menik …
Untuk tahap awal coba perbanyak porsi sayur, 50-50 dg nasinya setiap kali makan. coba juga sisipkan 1 porsi salad setiap hari, buahnya dimakan 1 jam sebelum makan.Itu aja dulu, tar lama-lama akan terbiasa, baru tambah ikutin rule lebih full 😀
Hiks..tiap kali mbak cantik ngomongin food combining hanya bisa ngiler pengin.Tp susah banget ngejalanin.Jadi cuma wacana pengin doang.Masih ngopi setiap hari.Gak kenyang kalau gak makan nasi dll.
Saya sedang mencoba untuk fc, masih br belajar……untuk pesan bukux dmn mb?
Sebenarnya aku juga pengen bisa kayak gitu. Tapi sayangnya suamiku kalau gak makan nasi pagi2 gak bisa, ntar laper lagi. Apalagi kalau ada saya bawaannya laper mulu.
Mba eny, emang harus alon-alon. Dulu misuaku mana mau sarapan buah. Ini aja udah belajar 3 tahunan,sekarang beliau bisa sarbu dan kuat gak nyarap nasi sampai rada siang.dulu-dulunya jam 9 udah macam sakaw cari nasi. Ha..ha…
papa saya banget tuh mbak…saya jelas tambah senang sejak hidupnya berubah menjadi FC-er. Soalnya papa jadi senang bawa buah..:)
Saya belum menerapkan FC nih Mbak.. masih ragu2.. hehehe
TFS 🙂
Gapapa Mba, diyakinkan dulu. Ha..ha…
Mau nyoba juga ach
Sudah lansia perlu mengurangi makanan yang kurang sehat
Terima kasih tipsnya
Salam hangat dari Surabaya
Monggo Pakde.Smoga Pakde sehat-sehat 🙂
sharingnya sangat bermanfaat mbak. salam kenal, saya baca dari grup fb food combining indonesia. sedang belajar memulai fc
Jadi.pengen baca semua tulisannya. Saya sukaa saya sukaa
Monggo…monggo…. mba Irene 😀 Thanks
Baru selesai baca bukunya mbak Widya jadi lebih semangat belajar FC buat penyembuhan GERD saya…
Sarbu saya juga sebatas yg murah aja kok mbak, tapi baru sebatas saya dan suami. Anak-anak masih tetep konsumsi nasi kalo pagi.
belajarnya baru di tahap minum jenipar tiap hari….
Lanjut ke sarbu Mbak Enci 🙂
Saya pelaku FC aktif
Saya pelaku FC aktif udh hampir 2 tahun, dan istri saya baru saya ajarin FC setelah kami menikah, singkatnya dia bisa pelan2 melalukan FC, dan beberapa bulan udah lancar, cuma ketika tadi siang kami melakukan USG, berat bayi kami belum memadai sekitar 601 gram, cara mensiasati agar berat badan jabang bayi kami naik gimana ya mbak? Saya khawatir saja kalau dia harus konsumsi sufor, dan daging merah…
Mas Iqbal,
Mohon maaf baru mereply. Ceritanya ini kelewata membalasnya. Fokus saja dengan menu FC yang ideal ya Mas. perhatikan juga variasi bahan makanan yg diasup. Juga jangan sampai kurang makanan yg disantap. Susu menurut saya enggak perlu lah. Kalau daging sih, asal paduan masih masuk juklak,okelah. Cuma ya itu, sesekali saja, karena kita juga harus mempertimbangkan asam-basanya jangan sampai berat ke asam juga. Selamat menunggu si buah hati ya Mas. Semoga janin dan ibunya selalu sehat 🙂
Mbak, masih seeing pulang ke situbondo kah?
Sering Mbak.Dekat ini 🙂 lagipula kakak saya tinggal di sana.
Alhamdulillah sekali ramadhan ini sahur selalu ekslusif buah,dan memang bnar sekali efek yg terasa setelah fc an itu badan lbih bugar,dan byebye antasid hehe..deuh saya berani nya koment d sini aja padahal d fb pun berteman,tapi sungkan mau koment di fb mah
Ha..ha..emang kenapa komen di FB Mbak? Takut di bully yah? Wkwk
mbak…mau nanya? apa bisa y FC ni dijadikan detoksifikasi untuk orang yg kecanduan alkohol
Kalo aku buat FC susah istiqamahnya, kalo hemat apa ngganya sih ngga masalah cuma kadang yg susah mengatasi kebosanan makanan yg itu lagi-itu lagi. Itu yg susah banget. Plus emg dasar aku anaknya suka jajan, hihi. Selama ini yg masih istiqamah setiap hari baru jeniper pagi.
Iya ini tentang pola pikir juga ya mbak, hihi maklum emak-emak suka ngitung2 duluan.
Jadi, gak ada alasan untuk gak ber FC nih, Mbak? hihihi…jleb banget ke akuuu 😀
Dulu saat proses penyembuhan dr kanker… aku jd vegie alias vegetariant. Byk mkn buah dan sayur… skg pola mkn mulai berantakan lg mba. Dan mulai sakit kepala lg 🙁
Harus sering baca2 blognya mba nih…biar termotivasi trus jalanin pola mkn sehat. Mksh ya mbaaa ^_^
Ayooo Mba Ir, semangat lagi. Coba balik lagi ke pola semula mba. Lakukan detoks juga beberapa kali dalam setahun. Biar itu sel nakal nggak punya kesempatan lagi mengganggu 🙂
Sehat terus dirimu ya mbaaa
Bgmn utk pasien HD (hemodyalisi), gagal ginjal. Apakah boleh FC jg? Krn asupan buah biasanya dibatasi. Trims.
Wah… bikin saya semangat lg buat sarbu, gara2 harga buah mahal yg murah cuma pisang dan buah musiman yg bikin saja jlep males, hahaha tp syukurnya saya pemakan sayur. Saya akan coba lg untk fc. Bulik saya kena kanker dan cuci darah d umur masih muda dan dokter sdh angkat tangan, d sinilah titik balik saya untuk kembali sehat, saya jg memberi tahu ibu saya supaya ikut fc, karna beliau d jogya jauh dr saya jd msh bingung dengan polanya. Jd menunggu saya pulang kampung dan sekalian mencari buku fc. Trimakasih mbak sdh menuliskan fc dengan cara yg nyaman dan tentram
Semangat ya Mbak Aya. Sejatinya, makan sehat itu harusnya mudah dan murah. Karena, pasti tidak neko-neko 🙂
Assalamu'alaikum
Salam kenal mba, saya sempat jadi pelaku FC taun 2015 kemaren hanya beberapa bulan. Merasakan efeknya siy pencernaan lebih lancar, gak pernah sakit2 perut lagi baik klo salah makan ataupun kalo lg kedatangan 'tamu'. Seneng siy walopun sambil (teteup…) ngitung2 juga pengeluaran untuk sarbu, tapi mba kata temen2 saya kok badan saya tambah kurus *hikshiks kan jd sedih sayanya dan jd galau. Sudahlah disini langka yg jadi pelaku FC (ya karna itu salah satu alasannya beli buah mahal) saya mencoba untuk tetap bisa FC.
Saya pengen lebih sehat aja sebenernya dengan FC dan gak sakit2 lagi, plus minum obat2an lagi. Jadi gmn ya mba supaya tetep sehat dan berat badan naik (pengennya) ??
mba,, utk jenipernya brp bnyak jeruk nipisnya per sekali minum dan untuk buahnya mesti 3macam buah kah,, semua buah kecuali nangka,durian, alpukat dan timun suri ya..
Mlm mbk, klo saya pnya maag apa bisa tetep minum lempar sama jeniper tiap pagi?
Mba.. Suami saya penderita jantung koroner. Baru pasang ring. Rencana pulang dari rs mau menerapkan fc. Pertanyaan saya bagaimana kalau sarbu lalu minum obat? Anan kah?
Ralat : setelah sarbu lalu minum obat. Aman kah?
Aku malah ngerasanya kalau food combining itu murah lho, Mbak. Kan tinggal pilih-pilih aja buah dan sayurnya. Jangan maksa beli Kale (meski asli enak banget).
Jeruk lemon lokal juga sekarang udah banyak, pas banget buat jeniper. Eh terus kenapa aku malah tetep males ya……?
Mendadak ingin makan pecel di Bondowoso, tapi pake ikan pindang.