bermain di sempol ijen

Belajar Mencintai Lingkungan Dengan Piknik

Share

Banyak hal yang bisa berubah dengan pernikahan. Salah satunya adalah hobi. Begitu juga yang saya alami bersama suami. Banyak hal berubah, dari yang tadinya enggan kini menjadi hobi. Piknik adalah salah satunya.

Saya tipikal perempuan rumahan banget. Me time saya adalah diam di rumah, bebersih rumah atau tidur. Namun ternyata tidak demikian bagi Pak Suami. Beliau orang yang “berkaki gatal”. Dalam sehari bahkan bisa bolak-balik berkali-kali keluar rumah. Dan saat Kak Asa, sulung kami sudah bisa dibawanya naik motor, maka dengan cepat Kak Asa menjadi batita berkaki gatal pula. Bete banget saya, tadinya. Apalagi kemudian Kak Asa maunya keluarrrrr terus. Menurut saya, itu sangat tidak praktis. Itu dulu.

Tapi yang namanya ibu, prioritas utama pastilah anak. Atas nama rasa cinta dan memastikan keamanan si sulung, maka saya hampir selalu ikut, kemanapun dua lelaki berkaki gatal ini pergi. Eh…. Lama-lama saya jadi  ketagihan.

Piknik, yang tadinya dekat-dekat saja, makin lama makin jauh jaraknya. Itu karena saya mulai makin merasakan pentingnya piknik, baik bagi diri saya sendiri secara pribadi, bagi anak-anak, bagi suami dan bagi saya dan suami sebagai pasangan.

Awal mengajak anak-anak piknik sebenarnya tujuannya sekadar memberi mereka pengalaman baru dan membiarkan mereka berjeda dari rutinitas sekolah dan belajarnya. Makin lama kegiatan piknik makin terasa manfaatnya. Bukan sekadar buat hepi-hepi, pulang, selesai. Tidak!

Ternyata benar kata seseorang, ada satu hal yang jika kita pakai uang kita untuk itu, uang itu tidak berkurang, justru berkembang. Selain konsep sedekah yang kami yakini sebagai muslim, ya piknik itu yang bikin uang kita bukannya berkurang. piknik yang identik dengan bepergian memberi banyak manfaat. Baca juga: Menjadi traveller yang peduli lingkungan.

Piknik dan Cinta Lingkungan

Bagi saya, sebagai orang yang belasan tahun berkecimpung di dunia lingkungan, kepedulian terhadap lingkungan adalah salah satu hal yang sangat kami harapkan ada pada anak-anak kami. Tugas kamilah sebagai orang tua merawatnya sehingga benih cinta lingkungan itu tumbuh di jiwa anak-anak. Dan saya merasakan, pikniklah salah satu jalannya.

Saya tidak mengatakan ini satu-satuya cara. Tapi setidaknya bagi kami, memang nyatanya piknik jadi satu cara yang efektif dan menyenangkan. Pengalaman melihat dengan mata kepala sendiri, membaui, merasakan dapat melekat di hati mereka lebih daripada sekadar menonton di youtube, misalnya. Baca juga: Jalan-jalan ramah lingkungan.

Banyak hal tentang lingkungan yang bisa dipelajari anak-anak kami selama perjalanan piknik. Diantaranya adalah hal-hal ini:

Tanah, Air, Udara – Anak-anak saya biasakan mengamati, meski sambil lalu saja. Tanah yang mereka pijak, di Bondowoso, berbeda dengan tanah retak-retak di Savana Bekkol Taman Nasional Baluran, misalnya. Begitu pula dengan tanah di bukit tandus Jalbus yang menghubungkan Situbondo kota dengan bagian paling selatan dari Situbondo, warna muda karena dominan berkapur. Dan bla…bla..bla…

Air. Mandi air di kamar mandi kami yang airnya sejuk jernih segar di Bondowoso, jauh berbeda dengan mandi di kamar mandi hotel di kota yang kami singgahi di jalur pantura. Air sungai tercemar limbah di perkotaan, dan seterusnya…dan seterusnya.

Jalan Tembus Situbondo-Bondowoso
Begini Lo, Nak, Tanah Yang Berkapur Lokasi: Jalan Tembus Situbondo

Begitu pula dengan udara. Mereka bisa membedakan udara di kota besar yang panas dan terpolusi berbeda dengan udara di tempat tinggal kami yang masih relatif bersih. Beda pula dengan udara sejuk, bersih segar di kaki gunung.

Tumbuhan, Hewan Dan Ekosistem – Anak-anak bisa mengamati, jika kami ke pegunungan, maka vegetasi dominan yang kami temui adalah pinus, jenis yang sangat berbeda dengan kalau kami bertualang di sepanjang pantai utara Jawa yang berkapur, di mana vegetasinya dominan adalah pohon jati.

Kotoran sapi di Baluran Situbondo
Hei! Ini Kotoran apa ya? Lokasi : Savana Bekkol TN Baluran-Jawa Timur

Mereka juga bisa belajar hewan-hewan laut dalam kunjungan-kunjungan kami ke pantai.  Dan belajar tentang hewan-hewan khas savana yang kami temui di Taman Nasional Baluran yang kering. Bahkan kami mengamati kotoran satwa di Savana Bekkol, Baluran. Asyik! Anak-anak menerka-nerka (sewaktu hewan belum muncul), kotoran apakah gerangan ini? Bantengkah? Rusakah? Atau kerbau liar? Belajar terasa asyik tanpa merasa “dicekoki”.

Tanggung Jawab Lingkungan – Piknik juga menjadi kesempatan buat saya untuk mengenalkan pada anak tanggung jawab mereka pada lingkungan. Bahwa kalau buang sampah ya harus di tempatnya. Enggak ketemu tempat sampah, ya kantongi sampahmu. Sebisa mungkin hindari menghasilkan sampah, misalkan dengan rajin bawa-bawa bekal. Biasanya kan selama piknik, kita berada dalam suasana lebih santai. Jadi, mudah bagi saya untuk menyelip-selipkan pesan lingkungan tergantung situasinya.

Mencari kerang di pantai pathek Situbondo
Mencari kerang di pantai pathek Situbondo

Ngapain Aja di Bogor?

Petualangan kami, sampai saat ini memang masih sampai Jawa bagian tengah dan timur. Memang sebenarnya kesempatan terbatas sekali untuk piknik, karena jatah cuti saya yang tidak banyak. Liburan di Bogor dan kota-kota lain di Jawa Barat dan Jakarta dan sekitarnya, juga ingin kami wujudkan suatu saat nanti. Bagi anak-anak pasti mengunjugi kebun raya bogor akan menjadi pengalaman yang luar biasa.

Kak Asa dan Dik Rani Ketika Masih Kecil. Bermain di hutan kota saja biki mereka hepi,apalagi kalau bisa mengunjungi Kebun Raya Bogor 🙂

Selama ini saya baru bisa mengenalkan beberapa jenis flora yang ada di hutan Kota di Bondowoso, di Hutan perhutani pinggiran kota Bondowoso, Tempat Wisala Alam Botani Jember. Belum terlalu banyak yang bisa dilihat dan dikenal anak-anak. Saya yakin mereka akan sangat antusias melihat berbagai jenis tumbuhan yang ada di Kebun Raya Bogor.

Baluran Masih Nomor 1

Kalau soal pengalaman piknik paling berkesan, hingga saat ini Taman Nasional Baluran masih jadi juara di hati kami. Masih banyak yang “belum selesai” di sana, maklum kawasan ini begitu luasnya. Mencakup ekosistem pantai, savana hingga gunung. Di tempat inilah, untuk pertama kalinya anak-anak melihat hewan bebas berkeliaran di habitat aslinya. Dan mengangumkan! Tanpa saya jelaskan, Raniah mengambil kesimpulan, “lebih menyenangkan melihat hewan di tempat aslinya begini, Bun”. Ya, hutan, rumah terbaik bagi mereka. Bukan sirkus, bukan kebun binatang.

Bahkan, seminggu setelah kunjungan kami ke sana, si sulung sudah bertanya-tanya, “kapan kita kesana lagi, Bun?” ha..ha…. Oya rencananya kami akan kembali ke Baluran kira-kira, sekitar bulan November. Kami merencanakan welcome party buat menyambut kepulangan seorang sahabat yang baru saja menyelesaikan S3 nya di Taiwan.

Kali ini rencananya kami akan bermalam, supaya lebih puas mengeksplorasi salah satu taman nasional terluas di Indonesia ini. Puas menikmati Baluran dari sunrise hingga sunsetnya, bahkan pekat malamnya dengan musik suara-suara satwa.

Share

13 thoughts on “Belajar Mencintai Lingkungan Dengan Piknik

  1. Orangtua seyogyanya bisa menciptakan rekreasi sehat yang tidak harus terus-menerus ke mall atau ke restoran ya Jeng.
    Anak-anak juga harus dikenalkan dengan lingkungan, perpustakaan, tempat-tempat bersejarah, masjid, industri rumahan, dan lain sebagainya.
    Ini untuk memperkaya batin mereka dan mengurangi hidup konsumtif. Maklum, ke mall biasanya bukan hanya sekedar window shopping, kadang ada godaan untuk membeli aneka barang,lalu makan-makan juga.

    Terima kasih atas pencerahannya.
    Salam hangat dari Jombang

  2. Aaakk, luar biyasaaah dikau maaak!
    Setelah menikah, makin positif yaa jadi sering piknik dan pastinya anak2 sukaaa dgn gaya hidup sehat ala emaknya yang ketjeh ini 🙂

  3. Asik banget ya mba, jalan-jalan sama orang tercinta dengan tujuan piknik adalah belajar mencintai lingkungan. Belajar dari alam ya mba, penting banget nih buat anak-anak kecil 🙂

    1. Iya bener Mbak Chi, lihat vegetasinya sekilas mirip. Trus savana nya itu, ya muiripppp banget. Ayokk kapan ke Baluran. Dengan senang hati saya takakan menolak ajakan gathering di sana. 🙂

Leave a Reply to Keke Naima Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!